Eks Rumah Pengasingan Soekarno di Bengkulu, Awalnya Milik Pedagang Tionghoa

photo author
DNU
- Sabtu, 27 Januari 2024 | 06:38 WIB
Salah satu sepeda ontel di rumah pengasingan Soekarno Bengkulu  bisa jadi spot foto menarik. (facebook @firdauskomar )
Salah satu sepeda ontel di rumah pengasingan Soekarno Bengkulu bisa jadi spot foto menarik. (facebook @firdauskomar )

KetikPos.com -- Rumah pengasingan Soekarno di Bengkulu bukan hanya sekadar sebuah bangunan fisik, melainkan sebuah saksi bisu dari perjalanan sejarah yang penuh perjuangan.

Dengan luas sekitar 165 m2, bangunan ini mencerminkan perpaduan arsitektur Eropa dan Cina yang unik.

Awalnya dibangun oleh Tjang Tjeng Kwai pada tahun 1918, rumah ini kemudian disewa oleh pemerintah kolonial Belanda untuk menempatkan Soekarno selama masa pengasingannya dari tahun 1938 hingga 1942.

Menariknya, pemilik asli rumah ini adalah seorang pedagang Tionghoa bernama Lion Bwe Seng.

Di dalamnya, rumah ini menyimpan beragam peninggalan sejarah, mulai dari sepeda ontel hingga set kursi di ruang tamu, lemari makan, surat cinta Soekarno untuk Fatmawati, meja rias, ranjang besi di kamar Soekarno, hingga buku berbahasa Belanda di ruang kerja.

Pakaian dan koleksi foto yang menghiasi ruangan juga menjadi bagian dari warisan berharga yang masih terpelihara dengan baik.

Kini, rumah ini menjadi milik keluarga Alm Ki Agus Husin dan diurus oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu.

Keunikan rumah ini tidak hanya terletak pada arsitekturnya, tetapi juga pada atmosfer autentik yang masih terjaga.

Pengelolaannya yang baik telah menjadikan rumah ini sebagai destinasi wisata yang menarik, tidak hanya untuk warga setempat tetapi juga bagi wisatawan yang mencari pengalaman sejarah.

Kunjungan ke rumah ini bukan hanya tentang melihat peninggalan fisik, tetapi juga tentang menggali lebih dalam kisah perjuangan Soekarno selama masa pengasingannya.

Cerita-cerita sejarah yang tersembunyi di setiap sudut rumah memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana Soekarno menjalani hari-harinya di masa sulit tersebut.

Dengan atmosfer yang masih asri dan terawat, tempat ini bukan hanya destinasi wisata biasa, melainkan sebuah jendela menuju masa lalu yang dapat meningkatkan pengetahuan dan apresiasi terhadap sejarah Indonesia.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X