Dr. Dedi Irwanto, seorang sejarawan yang berakar di Sumatera Selatan, menyoroti pentingnya pembangunan kebudayaan sebagai landasan utama bagi kemajuan bangsa.
Meskipun ada upaya konkret dalam pembangunan kebudayaan, seperti program Indonesiana dan dana abadi kebudayaan, Dr. Dedi menegaskan bahwa implementasinya belum merata di seluruh wilayah, khususnya di Sumatera Selatan.
Menurut pandangan Dr. Dedi, kesenjangan antar daerah dalam implementasi UU pemajuan kebudayaan mencerminkan tantangan utama yang perlu diatasi.
Di Sumatera Selatan, misalnya, lembaga-lembaga seperti dewan kebudayaan dan tim ahli cagar budaya masih menghadapi kendala dalam operasionalisasi mereka karena ketidakjelasan regulasi dan kekurangan dukungan institusional.
Namun, Dr. Dedi tidak hanya melihat pembangunan kebudayaan sebagai pelestarian warisan sejarah semata.
Baginya, pembangunan kebudayaan juga merupakan instrumen penting dalam memperkuat identitas nasional dan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Ia percaya bahwa upaya untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan harus menjadi fokus utama bagi para pemimpin masa depan.
Menghadapi pemilihan presiden berikutnya, Dr. Dedi mengajukan serangkaian pertanyaan kritis: Siapakah calon presiden yang memiliki visi dan komitmen kuat terhadap pembangunan kebudayaan?
Bagaimana mereka berencana untuk memastikan bahwa pemajuan kebudayaan dilakukan secara merata di seluruh negeri?
Bagaimana mereka akan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam proses ini?
Dalam pandangan Dr. Dedi, pemilihan presiden haruslah didasarkan pada komitmen yang jelas terhadap pembangunan kebudayaan.
Hanya dengan cara ini, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berbudaya.
Oleh karena itu, ia mendorong seluruh masyarakat untuk memilih pemimpin yang memprioritaskan pembangunan kebudayaan sebagai bagian integral dari agenda pembangunan nasional.
