Mustika Rasa Kini: Membangkitkan Warisan Kuliner Nusantara

photo author
- Minggu, 31 Maret 2024 | 04:37 WIB
Ilustrasi buku resep (Freepik)
Ilustrasi buku resep (Freepik)

 

KetikPos.com - Pada Kamis, 29 Februari 2024, aroma harum dari hidangan Nusantara memenuhi udara di gedung perumusan teks proklamasi di Jl Imam Bonjol, Jakarta. Sebuah acara bersejarah dihelat untuk menandai awal dari sebuah gerakan kuliner yang menggugah, yang tidak lain adalah kelahiran kembali dari "Mustika Rasa" - sebuah buku resep yang menjadi warisan gemilang dari Presiden Sukarno.

Sebuah potongan tumpeng yang megah, terbuat dari ketela dengan hiasan sayuran dan lauk-pauk, diserahkan kepada insan senimatografi oleh Ismail Basbeth, sosok di balik penciptaan Mustika Rasa Kini (MRK).

Acara yang menggetarkan ini merupakan kolaborasi antara Ruang Basbeth Bercerita dan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Pemotongan tumpeng yang sarat makna itu menjadi simbol dari kick-off Mustika Rasa Kini, sebuah inisiatif yang tak hanya menggali resep-resep masakan tradisional Indonesia, tetapi juga mengangkat pentingnya kedaulatan pangan dalam konteks keberlanjutan dan identitas bangsa.

Kedaulatan pangan, sebuah isu yang semakin maha penting bagi Indonesia dewasa ini, menjadi fokus utama dari gerakan ini. Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid, menyambut baik gagasan ini sebagai langkah strategis dalam sosialisasi gerakan kedaulatan pangan, terutama di kalangan generasi muda yang menjadi harapan masa depan bangsa.

"Inspirasi MRK berasal dari sebuah buku monumental berjudul Mustika Rasa," kata Hilmar Farid, "sebuah kumpulan resep masakan dari seluruh Indonesia yang mencerminkan upaya Bung Karno dalam merancang politik kedaulatan pangan pada awal dasawarsa 1960-an."

Dengan berbasis pada warisan intelektual tersebut, Mustika Rasa Kini berkomitmen untuk menceritakan, meneliti, dan membandingkan resep-resep masakan Indonesia dari masa lalu hingga kini.

Tak hanya itu, MRK juga akan menciptakan katalog cita rasa masakan Indonesia melalui berbagai bentuk tayangan audio visual, situs, aplikasi, program workshop, serta seminar.

Kreator-kreator MRK, seperti Lyza Anggraheni, JJ Rizal, Darwin Nugraha, Imran Hasibuan, dan Lasja Susatyo, berencana menggerakkan sembilan agenda utama dalam program MRK. Antara lain, seminar; lokakarya; aktivasi acara & sosialisasi; duta program; situs web & aplikasi; konten (video, audio, podcast, dll); series documentary; film cerita; rilis buku Mustika Rasa yang sudah direvisi.

Di tengah gemerlapnya acara, kita tidak boleh melupakan betapa berlikunya perjalanan Mustika Rasa sejak awal konsepsinya hingga saat ini. Pada awal dasawarsa 1960-an, Bung Karno merancang politik pertahanan pangan, yang kemudian bertransformasi menjadi politik kedaulatan pangan, dalam Dewan Perancang Nasional.

Dari situ, lahir ide untuk menemukan sarana yang tepat guna menyampaikan gagasan tersebut, yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk buku "Mustika Rasa".

Mustika Rasa bukan hanya sebuah buku, tetapi simbol dari kekayaan budaya Indonesia yang tidak ternilai harganya.

Meskipun terhambat oleh situasi politik pasca-Peristiwa G 30 September 1965, akhirnya buku itu berhasil terbit di tahun 1967, menyisakan jejak yang tak terlupakan dalam sejarah kuliner Indonesia.

Dengan lahirnya kembali Mustika Rasa melalui MRK, harapan untuk melestarikan warisan kuliner Indonesia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kedaulatan pangan semakin terwujud.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ujang Ketik Pos

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Rekomendasi

Terkini

X