KetikPos.com -- Sebagai sebuah tempat ibadah, Masjid Agung tidaklah sekadar tempat melaksanakan ritual wajib maupun sunat.
Berbagai aktivitas bisa dilaksanakan di masjid ini, maupun di seputaran bangunannya yang cukup luas.
Pada hari Jumat, para pedagang pun tak sedikit yang memanfaatkannya untuk mengais rezeki. BUkan sekadar kuliner, tetapi berbagai ragam barang diperjualbelikan di sini.
Baca Juga: Resmikan Penggunaan Gedung Kesenian Palembang
Saat salat Idul fitri maupun Idul Adha, jemaahnya meluber sampai ke jalan sekitar masjid, bahkan memadati hingga jembatan Ampera.
Meski tampak monumental, Masjid Agung Palembang, yang kini dikenal sebagai Masjid Sultan Mahmud Badaruddin II Jayo Wikramo, sebenarnya terdiri dari dua bangunan yang terpisah.
Terutama kalau dijelajahi bangunan yang lebih kecil, membawa kita kembali pada bentuk orisinal masjid saat pertama kali didirikan pada tahun 1738.
Baca Juga: Al Quran Terbesar dari Kayu Tembesu: Simbol Kebesaran dan Keagungan di Palembang
Dengan bentuk hampir bujur sangkar dan ukuran 30 x 36 meter, Masjid Agung dahulu pernah menjadi masjid terbesar di Nusantara yang mampu menampung hingga 1200 jamaah.
Namun, melalui serangkaian renovasi dan penambahan bangunan yang lebih besar di bagian depannya, Masjid Agung Palembang kini mampu menampung hingga 9000 jamaah.
Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2003 untuk menyambut pelaksanaan PON XVI tahun 2004.
Keindahan Arsitektur: Perpaduan Harmonis Gaya Eropa, Cina, dan Nusantara
Masjid Agung memiliki keunikan arsitektur yang memadukan harmoni gaya Eropa, Cina, dan Nusantara.
Baca Juga: Pasar Cinde Palembang: Surga Barang Bekas dan Kisah Unik Pedagangnya