KetikPos.com -- Wayang Palembang, sebuah seni tradisional yang kaya akan sejarah dan kekayaan budaya, kini berjuang untuk tetap relevan di tengah arus modernisasi yang melanda generasi muda.
Sebuah warisan dari leluhur, wayang Palembang mencerminkan kekayaan lokal Sumatra Selatan, namun kini menghadapi ancaman punah yang serius.
Menjaga Identitas Kultural
Dalam era 70-an, panggung wayang Palembang masih menjadi sorotan dalam berbagai kegiatan masyarakat, mulai dari resepsi perkawinan hingga khitanan.
Baca Juga: Wayang Palembang, Hidup Segan Mati Tak Mau
Namun, pergeseran budaya dan dominasi seni pop modern menggantikan pesona tradisional wayang Palembang.
Generasi muda tidak lagi mengenali dan mencintai seni leluhur ini, membuatnya tenggelam di tepian Sungai Musi.
Vebri Alintani, seorang budayawan Palembang, menekankan bahwa wayang Palembang memiliki karakter khas yang membedakannya dari wayang purwa Jawa.
Namun, generasi penerus yang menguasai seni ini semakin langka, dan setelah meninggalnya dalang terakhir, Ki Agus Rusdi Rasyid, pada Februari 2004, praktis tidak ada lagi yang mampu mewarisi dan melanjutkan tradisi ini.
Pelestarian oleh Dalang Muda
Di tengah keprihatinan akan punahnya warisan tersebut, Dalang Muda Wirawan Rusdi, putra Ki Agus Rusdi Rasyid, berusaha keras untuk mempertahankan warisan ayahnya.
Baca Juga: Dulmuluk: Warisan Teater Tradisional Sumatera Selatan
Meski dihadapkan pada tantangan seperti peralatan yang rusak dan minimnya dukungan pemerintah, Wirawan Rusdi berkomitmen untuk melanjutkan tradisi wayang Palembang.
Sanggar Sri Wayang Palembang, tempat pelestarian dan pengembangan seni wayang, menjadi binaan UNESCO satu-satunya di Palembang.
Baca Juga: Gedung Kesenian Palembang Hidupkan Gairah Berkesenian