pariwisata-kebudayaan

Sriwijaya: Mengurai Kembali Kisah Kekuatan Masa Lalu

DNU
Senin, 8 Januari 2024 | 19:57 WIB
Palembang pusat kerajaan Sriwijaya.

Catatan Arab, seperti yang ditulis oleh Mas‘udi pada tahun 955 M, menunjukkan kekayaan Sriwijaya dalam perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya.

Sriwijaya menjalin hubungan dekat dengan India, terutama dengan Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola di selatan India.

Prasasti Nalanda mencatat bahwa Raja Sriwijaya membebaskan desa-desa untuk membiayai mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.

Baca Juga: Mampir di Benteng Kuto Besak Palembang, Ternyata Banyak Destinasi Wisata Lainnya Dapat Dilihat

Hubungan ini tidak berjalan mulus ketika Raja Rajendra Chola ingin menguasai Selat Malaka.

Sumber daya alam seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, dan rempah-rempah lainnya menjadikan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan yang sangat strategis.

Prasasti-prasasti, seperti Kota Kapur, Kedukan Bukit, Talangtuo, dan Karang Berahi, merinci ekspedisi militer dan pembangunan yang menunjukkan kejayaan dan kompleksitas Sriwijaya.

Baca Juga: Berumur 226 Tahun, Begini Sejarah Benteng Kuto Besak: Membangunnya 17 Tahun Perekatnya Semen dan Putih Telur

Meskipun sedikit peninggalan fisik dari Kerajaan Sriwijaya yang masih dapat ditemukan, kompleks candi seperti Muara Takus, Muaro Jambi, dan Bahal memberikan gambaran tentang keberadaan dan pengaruhnya.

Peninggalan ini, kendati mungkin hanya sebagian kecil dari kejayaan yang pernah ada, memberikan kita wawasan berharga ke dalam sejarah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia.

Halaman:

Tags

Terkini