pariwisata-kebudayaan

Kiai Muara Ogan (Ki Marogan) dan Sultan Susuhunan Abdurrahman: Warisan Keagamaan dan Kepemimpinan

DNU
Sabtu, 13 Januari 2024 | 07:03 WIB
Masjid Ki Merogan (tangkapan layar @budaya-indonesia.org)

Pernikahan dan Keluarga: Pada usia hampir 40 tahun, Kiai Muara Ogan dinikahkan oleh gurunya, Pangeran Suryo Alim, dengan keponakannya.

Beliau memiliki dua istri, Nyayu Muznah dan Raden Ayu Salmah, serta tiga orang anak, yaitu Masagus Haji Muhammad Abumansur, Masayu Hajjah Zahrah, dan Masagus Haji Muhammad Usman.

Meskipun istri pertamanya, Nyayu Hajjah Muznah, dan dua anaknya meninggal dunia di Mekkah, serta istri kedua dan anaknya meninggal di Palembang, namun keturunan dan pengajaran agama Islam terus berlanjut.

Wafat dan Peninggalan: Kiai Muara Ogan wafat pada tahun 1901 M, meninggalkan warisan keilmuan dan keagamaan.

Makam beliau berada di sebelah luar Masjid Muara Ogan, Kertapati, Palembang. Pengajaran dan ilmu agama yang diteruskan oleh Kiai Muara Ogan tetap memberi dampak positif dalam masyarakat Palembang.

Peninggalan Keilmuan dan Warisan Agama

Kiai Muara Ogan dan Sultan Susuhunan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Iman, keduanya memiliki peran yang penting dalam penyebaran agama Islam dan pemeliharaan tradisi keislaman di Palembang.

Meskipun dalam konteks kepemimpinan dan kehidupan mereka terdapat perbedaan, keduanya memiliki tujuan bersama, yakni menjaga dan menyebarkan ajaran Islam di tanah air mereka.

Peninggalan keilmuan dan warisan agama mereka terus hidup dan menjadi bagian integral dari sejarah keislaman di Palembang

Halaman:

Tags

Terkini