pariwisata-kebudayaan

Istana Negara Indonesia: Memeluk Sejarah dan Kepemimpinan dalam Megahnya Arsitektur"

DNU
Jumat, 26 Januari 2024 | 11:18 WIB
Terletak di Jalan Veteran yang megah, Istana Negara Indonesia membanggakan kehadirannya yang menghadap ke Sungai Ciliwung (tangkapan layar instagram @irvanbuchari)


KetikPos.com -- Keindahan Lokasi dan Bangunan yang Megah Terletak di Jalan Veteran yang megah, Istana Negara Indonesia membanggakan kehadirannya yang menghadap ke Sungai Ciliwung.

Berdampingan dengan keelokan Istana Merdeka, keduanya dihubungkan oleh Halaman Tengah yang menunjukkan kehebatan arsitektur dan perencanaan tata ruang.

Kompleks Istana Negara melibatkan sejumlah struktur impresif seperti Kantor Presiden, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim, dan Museum Istana Kepresidenan, menciptakan suatu kawasan yang sarat akan sejarah dan keindahan arsitektural.

Jejak Sejarah yang Melekat

Sejarah Istana Negara tak terpisahkan dari kisahnya sebagai kediaman awal seorang warga Belanda, JA van Braam, yang mulai dibangun pada tahun 1796.

Pada 1816, pemerintah Hindia-Belanda merampas bangunan ini dan menjadikannya pusat kegiatan pemerintahan serta tempat tinggal para Gubernur Jenderal.

Dengan julukan "Hotel Gubernur Jenderal" istana ini menjadi saksi berbagai peristiwa penting, termasuk penandatanganan Persetujuan Linggajati pada tahun 1947 yang mengubah halaman ini menjadi saksi bisu sejarah Indonesia.

Transformasi Arsitektural yang Gemilang

Berdasarkan evolusi arsitekturalnya, Istana Negara awalnya berbentuk dua tingkat.

Namun, pada 1848, bagian atasnya dirobohkan dan bagian depannya diperluas untuk memberikan tampilan yang lebih resmi, mencerminkan martabat para pemimpin yang menempati gedung ini.

Seiring berjalannya waktu, Istana Negara terus mengalami ekspansi untuk mengakomodasi berbagai kegiatan yang semakin kompleks.

Pada 1869, Gubernur Jenderal Pieter Mijer mengusulkan pembangunan "hotel" baru di belakang Istana Negara, yang kemudian menjadi Istana Merdeka.

Kesaksian Sejarah: Persetujuan Linggajati dan Pertemuan Kepemimpinan

Sebagai saksi bisu sejarah, Istana Negara menjadi tempat bersejarah untuk penandatanganan Persetujuan Linggajati pada tanggal 25 Maret 1947.

Perwakilan Indonesia, Sutan Sjahrir, dan perwakilan Belanda, Dr van Mook, bertemu di ruangan ini untuk menentukan masa depan bangsa.

Halaman:

Tags

Terkini