KetikPos.com -- Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, sebuah wilayah yang kaya akan tradisi dan kearifan lokal, menyimpan dua bentuk sastra tutur yang unik dan penuh makna: Warahan dan Rejung.
Kedua warisan budaya ini, yang dituturkan dalam bahasa berirama, membentuk bagian tak terpisahkan dari identitas dan pewarisan nilai-nilai lokal.
Warahan: Cerita Berirama sebagai Cerminan Kearifan Lokal
Warahan, sebagai sastra tutur yang hidup di OKU Selatan, memiliki ciri khas dalam bentuk cerita yang disampaikan dengan bahasa berirama, melibatkan unsur prosa dan liris.
Penutur Warahan biasanya adalah tokoh-tokoh penting dalam masyarakat, terutama Ketua Adat atau orang yang dipilih melalui rapat adat.
Mereka bukan hanya menjadi penyampai cerita, tetapi juga pemelihara nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal.
Cerita dalam Warahan bukanlah semata hiburan, melainkan sebuah medium untuk mentransmisikan sejarah, nilai-nilai moral, dan tradisi yang turun temurun.
Generasi muda dapat belajar tentang akar budaya mereka melalui Warahan, membentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang identitas dan sejarah masyarakat OKU Selatan.
Rejung: Ekspresi Perasaan melalui Tembang dan Gerigik Bambu
Rejung, di sisi lain, adalah bentuk ekspresi perasaan seseorang yang diwujudkan melalui tembang. Tembang ini dapat mencakup berbagai tema, baik tentang diri sendiri maupun keadaan masyarakat di sekitar.
Yang membuat Rejung semakin istimewa adalah penggunaan gerigik bambu sebagai alat untuk menembangkannya.
Gerigik bambu, tempat air tradisional, tidak hanya menjadi medium fisik untuk menghasilkan suara, tetapi juga simbol nilai-nilai kehidupan.
Rejung seringkali ditembangkan pada acara hajatan masyarakat, seperti pernikahan atau kelahiran, untuk menyemarakkan suasana.