KetikPos..com -- Masjid Istiqlal, yang megah berdiri di pusat Jakarta, bukan sekadar bangunan bersejarah.
Ia adalah manifestasi nyata dari semangat persatuan, kemerdekaan, dan keagamaan Indonesia.
Namun, rencana ini tidak berjalan mulus. Terdapat perdebatan yang sengit mengenai lokasi pembangunan masjid.
Baca Juga: Jepang Miliki Masjid Istiqlal, Wapres Resmikan Secara Langsung
Presiden Soekarno mengusulkan bekas lahan Benteng Belanda Frederick Hendrik sebagai lokasi yang tepat, sementara Bung Hatta menyuarakan pandangan bahwa lokasi yang lebih sesuai adalah di Jalan Thamrin.
Akhirnya, diputuskan bahwa bekas lahan Benteng Belanda akan menjadi lokasi Masjid Istiqlal, dengan pertimbangan strategis untuk memperlihatkan kerukunan antaragama, dengan berdirinya Gereja Kathedral di seberangnya.
Di balik keindahannya, terdapat kisah yang menginspirasi tentang perjuangan dan tekad para tokoh yang berkomitmen untuk membangunnya.
Pada tahun 1954, Indonesia masih berada dalam fase pemulihan pasca-kemerdekaan.
Baca Juga: Mesjid Istiqlal, Butuh 17 Tahun Pembangunan di Bekas Benteng Frederick Hendrik, HUT-nya 22 Februari
Di tengah situasi ini, KH. Wahid Hasyim, seorang ulama terkemuka yang juga menjabat sebagai Menteri Agama RI pertama, bersama dengan sejumlah ulama lainnya, menyuarakan gagasan untuk mendirikan sebuah masjid.
Yang tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan bagi bangsa Indonesia yang baru merdeka.
KH. Wahid Hasyim tidak berjuang sendirian. Dia didukung oleh sejumlah tokoh Islam terkemuka pada zamannya, termasuk H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto, dan Ir. Sofwan.
Bersama-sama, mereka membentuk Yayasan Masjid Istiqlal pada tahun yang sama, sebagai langkah awal untuk mewujudkan impian mereka.
Pemancangan tiang pertama untuk pembangunan masjid dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.