Desain arsitekturnya, yang mencerminkan nuansa Tionghoa, ditambah dengan sentuhan unsur Arab dan Palembang, menjadikan masjid ini sebagai tujuan wisata religi yang menarik bagi wisatawan dari berbagai penjuru.
Kedua masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi wadah untuk mempererat ikatan sosial, budaya, dan pendidikan dalam masyarakat.
Dengan berbagai kegiatan yang diadakan di dalamnya, mulai dari pengajian hingga kursus bahasa Mandarin, masjid ini berfungsi sebagai pusat kegiatan yang mewadahi kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat.
Keunikan arsitektural dan simbolisme yang terkandung di dalamnya menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi komunitas setempat, serta menjadi penanda jati diri yang unik dan khas dari Indonesia yang beragam.
Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid Mohammad Cheng Ho di Surabaya dan Palembang adalah cerminan dari semangat kebersamaan, toleransi, dan keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Dengan menjadi titik pertemuan untuk umat Islam Tionghoa, masjid ini menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai kelompok dan masyarakat, serta menjadi simbol perpaduan antara keislaman dan kebudayaan Tionghoa.
Baca Juga: Menapak Jejak Sejarah di Kampung Kapitan: Merentas Budaya Tionghoa di Palemban
Dengan memelihara dan merayakan warisan budaya ini, kita dapat terus menghormati dan menghargai keragaman yang menjadi kekayaan Indonesia yang tiada tara.
Masjid Mohammad Cheng Ho, dalam segala kemegahannya, menjadi perwakilan dari semangat persatuan dan keberagaman yang mengalir dalam darah bangsa Indonesia, mengingatkan kita akan pentingnya merangkul perbedaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan damai.