Meskipun tergolong masyarakat kelas menengah ke bawah, tikar purun memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi keluarga mereka.
Karena itu, purun tidak hanya sekadar bahan baku, melainkan juga napas kehidupan bagi mereka.
Namun, dengan berjalannya waktu, luas lahan gambut yang tersedia semakin berkurang, mengancam kelangsungan mata pencaharian para pembuat tikar.
Mereka sangat khawatir jika lahan tempat tumbuhnya purun lenyap. Selama ini, Desa Menang Raya telah menjadi desa termiskin karena kurangnya sumber mata pencaharian alternatif.
Dengan semakin menipisnya lahan gambut, keberlangsungan tradisi menganyam tikar purun dan mata pencaharian masyarakat Desa Menang Raya menjadi semakin tidak pasti.
Meskipun demikian, upaya untuk melestarikan tradisi dan mencari solusi untuk masalah ini sangat penting untuk mempertahankan warisan budaya dan mata pencaharian yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.