Menyelamatkan Tradisi dan Mata Pencaharian: Kisah Anyaman Purun di Desa Menang Raya, Pedamaran

photo author
DNU
- Jumat, 29 Maret 2024 | 16:17 WIB
tradisi menganyam tikar purun di Desa Menang Raya, Pedamaran, OKI (tangkapan layar @paradizhop.blogspot.com)
tradisi menganyam tikar purun di Desa Menang Raya, Pedamaran, OKI (tangkapan layar @paradizhop.blogspot.com)

Baca Juga: Membangun Jembatan Budaya: Memelihara Kearifan Lokal Melalui Bersenandung di Perahu Kajang di Tepi Sungai Musi

Meskipun tergolong masyarakat kelas menengah ke bawah, tikar purun memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi keluarga mereka.

Karena itu, purun tidak hanya sekadar bahan baku, melainkan juga napas kehidupan bagi mereka.

Namun, dengan berjalannya waktu, luas lahan gambut yang tersedia semakin berkurang, mengancam kelangsungan mata pencaharian para pembuat tikar.

Baca Juga: Merayakan Kearifan Betembang Beringin Lubay: Bersenandung di Perahu Kajang Sebagai Panggung Pemulihan Warisan Budaya

Mereka sangat khawatir jika lahan tempat tumbuhnya purun lenyap. Selama ini, Desa Menang Raya telah menjadi desa termiskin karena kurangnya sumber mata pencaharian alternatif.

Dengan semakin menipisnya lahan gambut, keberlangsungan tradisi menganyam tikar purun dan mata pencaharian masyarakat Desa Menang Raya menjadi semakin tidak pasti.

Meskipun demikian, upaya untuk melestarikan tradisi dan mencari solusi untuk masalah ini sangat penting untuk mempertahankan warisan budaya dan mata pencaharian yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X