pariwisata-kebudayaan

Kms Ari Panji: Makna Simbolis Lawang Borotan Dalam Sejarah dan Pariwisata Kota Palembang

DNU
Jumat, 25 Oktober 2024 | 06:28 WIB
Anggota TACB, Dr (K) KMS Ari Panji, menyuarakan keprihatinannya terhadap proyek ini. Menurutnya, revitalisasi tahap pertama untuk menara di sebelah ilir sudah dilaksanakan tanpa konsultasi yang memadai. (Dok)


Oleh : Kemas A.R.Panji, M.Si.

(Sejarawan/UIN Raden Fatah Palembang)


1.Arti Kata BOROTAN
Kata Borotan berasal dari kata BURI bermakna BELAKANG Sedangkan Kata LAWANG bermakna PINTU. Jadi arti dari kata LAWANG BOROTAN adalah PINTU BELAKANG dan merupakan salah satu pintu yang mempunyai arti Historis dan cukup penting di Keraton Kuto Besak (KKB) di masa itu, sekarang kita kenal kawasan ini dengan istilah Benteng Kuto Besak (BKB).
⦁ Buri (Belakang)
⦁ Burit (Pantat/Boyok)
⦁ Burit + an (arti; 1.Terletak di Belakang 2.Bagian belakang, 3.Sodomi (perbuatan yang bertentangan dengan norma agama). Karena kosa kata ini terkesan negatif, maka penyebutan dirubah dengan sebutan Burotan kemudian berubah menjadi Borotan. -> Lawang Burotan / Lawang Borotan.

Baca Juga: Dukungan Penuh Pangdam II Sriwijaya dalam Revitalisasi Lawang Borotan: Sinergi Sejarah dan Wisata untuk Palembang

Borotan jika merujuk ke bahasa daerah lain atau istilah kosa kata Batak Toba berarti “Kayu pancang, tempat hewan diikat sebelum dikurbankan dalam sebuah tradisi upacara adat Batak Toba. Tentu Lawang borotan tidak ada kaitannya dengan istilah ini.
Dalam beberapa catatan sejarah Lawang Borotan merupakan  pintu gerbang sisi sebelah barat dari bangunan Keraton kuto Besak yang dibuat pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud Badaruddin I pada tahun 1780, saat ini telah berusia 224 tahun (1780-2024).


Lawang Borotan berbentuk gerbang besar terbuat dari batu dengan tinggi 8,5 meter, dan lebar 6 meter, dengan tebal kurang lebih 3 meter. Istimewanya masih berada dalam kondisinya yang asli sejak didirikan sejak 224 tahun yang lalu.

Baca Juga: Lawang Borotan: Gerbang Sejarah Kesultanan Palembang dan Potensi Pengembangan Wisata Budaya

2.Nilai Penting Lawang Borotan dan Kawasan Kota Tua Palembang
Lawang Borotan memiliki nilai sejarah tinggi dan penting. Lawang Borotan adalah pintu terakhir yang dilalui oleh Pahlawan Nasional provinsi Sumatera Selatan yang juga seorang Sultan Palembang, yakni Sultan Mahmud Badaruddin II, yang ketika itu keluar dari istana (keraton Kuto Besak) pasca perang palembang tahun 1821. Dan sangatlah tepat jika ini dijadikan Destinasi Wisata dan menjadi saksi sejarah, sebagai sebuah peristiwa terakhir yang dilalui oleh Sultan Mahmud Badaruddin II sebelum diasingkan ke Ternate.
Lawang Borotan, Gedung Ledeng (Kantor Wali  Kota Palembang) dan Gedung Kesenian Palembang (Eks. Balai Pertemuan) akan diresmikan sebagai destinasi  wisata heritage di kota Palembang, pada Jumat, 25 Oktober 2024.

Hal ini disampaikan langsung oleh Pj. WaliKota Palembang Abdurrauf Damenta usai menggelar rapat bersama budayawan, sejarawan, seniman  dan pelaku pariwisata, serta Kepala-kepala Dinas di pemerintahan kota Palembang, Senin (7/10) malam.

“Pertemuan ini untuk mewujudkan mimpi kita, kolaborasi antara pemerintah kota Palembang  dengan budayawan, sejarawan, seniman (Dewan Kesenian Palembang), dan pelaku pariwisata, untuk membuat heritage, destinasi wisata heritage di kota Palembang  dengan merekonstruksi sejarah masa lalu Palembang,” ujar Damenta.

Berdasarkan Hasil  rapat tersebut sedikitnya ada tiga titik (tempat) yang akan diresmikan yang mewakili  masa Kesultanan, Masa Kolonial Belanda dan masa pasca kemerdekaan (Orde Lama).

Selanjutnya untuk mengembangkan heritage di kota Palembang diatas “tidak cukup heritage hanya diresmikan saja tapi juga harus dibuat narasi dan event-event, itu yang penting, dan tempat ini sudah kita pahami bersama, ada Lawang Borotan sebagai bagian dari keratin kuta besak, ada kantor Ledeng (kantor Walikota Palembang), ada Gedung Kesenian (eks Balai Pertemuan) yang ketiganya ini  selama ini tidak muncul sebagai destinasi terpadu dengan kawasan lainnya, maka pemikiran menyatukan  tiga heritage ini agar dimunculkan dalam berbagai kegiatan adalah hal yang penting untuk kemajuan pariwisata kota Palembang.

Baca Juga: PJ Wako: Heboh Gedung Kesenian jadi KBTR, yang Nulis Ngantuk. Ada yang Sarankan Balai Pertemuan Sekanak

3. Penutup
Tiga tempat ini menurutnya mewakili tiga masa, yakni masa Kesultanan yaitu Lawang Borotan Keraton Kuto Besak, masa Kolonial Belanda di kantor Ledeng dan Gedung Kesenian mewakili masa pasca kemerdekaan (Orde Lama).

Visi kedepan kita harus mencanangkan targetnya dari perspektif cagar budaya, ini titik awal bagaimana kita revitalisasi cagar budaya yang ada di kota Palembang, jadi cita-citanya nanti akan terbentuk wisata kota tua, untuk itu kita mulai dari sini, misalnya menyatukan kawasan BKB dan Sekanak, BKB belum kita eksplorasi secara penuh maka Lawang Borotan akan dipromosikan dan itu akan menjadi program prioritas revitalisasi keraton.

Mudah-mudahan kedepan BKB bisa dikelola pemerintah kota Palembang secara penuh, begitu juga kantor ledeng dan Gedung Kesenian hingga kawasan pemukiman Sekanak. Jadi ini titik awal untuk mengangkat heritage-heritage kota tua yang juga kota pusaka, Palembang.

Tags

Terkini