pariwisata-kebudayaan

Kisah Astohari: Seniman Muda yang Menghidupkan Sejarah Lewat Replika Prasasti

DNU
Sabtu, 30 November 2024 | 05:49 WIB
sosok Astohari, seorang seniman muda berbakat asal Tanjung Batu, Ogan Ilir, yang kini menetap di Desa Jirak, Musi Banyuasin (Muba). (Dok)

 

KetikPos.com--Di balik nama-nama besar dalam dunia seni rupa, ada sosok Astohari, seorang seniman muda berbakat asal Tanjung Batu, Ogan Ilir, yang kini menetap di Desa Jirak, Musi Banyuasin (Muba).

Pria kelahiran 11 Oktober 1993 ini telah menciptakan karya seni yang unik, terutama dalam bidang rekonstruksi replika prasasti sejarah. Ketelitiannya dalam menciptakan replika yang menyerupai prasasti asli menjadikannya salah satu seniman yang sangat dihormati di bidang ini.

Perjalanan Awal

Astohari, yang akrab disapa Totok, menempuh pendidikan Seni Rupa Murni di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan lulus pada tahun 2018. Selama masa kuliahnya, ia terlibat aktif dalam berbagai pameran seni rupa, seperti Sculpcrut Nitipryan di Yogyakarta pada tahun 2012 dan Kampung Halaman di Balai Sriwijaya Art Space pada tahun 2014. Sejak usia muda, ia sudah menunjukkan bakat seni yang luar biasa dan semangat yang besar untuk melestarikan budaya lokal.

Baca Juga: Prasasti Kantor Ledeng Ditemukan Tak Sengaja

Setelah lulus, Totok sempat bekerja di sektor swasta selama delapan bulan. Namun, ia merasa panggilan sejatinya ada di dunia seni rupa. "Saya tidak betah bekerja kantoran. Seni adalah passion saya, dan saya ingin fokus mengembangkan diri di bidang ini," ujarnya.

Keahlian Khusus dalam Replika Prasasti

Keahlian Totok yang paling menonjol adalah membuat replika prasasti bersejarah. Beberapa karya terkenalnya mencakup Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, hingga Prasasti Kota Kapur. Tak hanya diakui secara lokal, karyanya juga menjadi acuan dalam pelestarian sejarah dan budaya di Palembang. Terbaru, ia dipercaya membuat replika untuk FKIP Sejarah Universitas Sriwijaya dan Museum Office di Gedung Walikota Palembang.

"Yang paling sulit itu menciptakan kemiripan. Kadang prasasti yang direkonstruksi tulisannya sudah aus, jadi kami harus mempelajari ulang huruf-hurufnya agar hasilnya akurat," tutur Totok. Proses pembuatan replika biasanya memakan waktu sekitar dua bulan dengan tingkat presisi yang sangat tinggi.

Baca Juga: Masih Adakah Prasasti Kantor Ledeng?

Proyek dan Penghargaan

Di bulan Desember 2024, Astohari akan memulai proyek mereplika arca penari dari situs Teluk Kijing, yang akan didisplay di Museum Penghulu Muhammad Soleh, Muba. Selain itu, ia juga baru saja menerima penghargaan di Festival Randik Musi Banyuasin untuk kategori Pelaku Seni Rupa.

"Penghargaan ini menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus berkarya. Saya berharap bisa menginspirasi generasi muda dalam melestarikan budaya," ucapnya.

Dedikasi dalam Seni Rupa

Halaman:

Tags

Terkini