Ombai Akas – ritmis, mengalun dengan cita khas pesisir.
Fungky Slawe – sentuhan funk bercampur beat lokal yang enerjik.
Mpekpek Lenjer – seperti nama kulinernya, lagu ini "gurih", bertekstur kompleks namun ringan di telinga.
Namun sayangnya, hujan deras yang turun mendadak memaksa pertunjukan dihentikan. Dua lagu pamungkas: Kolamsusu dan Selayang Pandang, tak sempat dipersembahkan. Penonton pun hanya bisa menggigil sambil menyimpan rasa penasaran.
Dari Keresahan ke Panggung Apresiasi
Tanjack Kultur bukan sekadar grup musik. Mereka adalah sebuah gerakan seni yang lahir dari ruang kelas, diskusi panjang, dan keresahan kolektif.
Digagas pada masa awal pandemi COVID-19 (2020), kelompok ini muncul sebagai respons terhadap minimnya ruang apresiasi dan pertunjukan seni di Sumatera Selatan. Di tengah sunyinya panggung dan matinya lampu pertunjukan, sekelompok dosen, mahasiswa, dan praktisi seni justru menyalakan lilin: membentuk komunitas komposisi musik yang menjembatani dunia akademik dan panggung kreatif.
Visi Tanjack Kultur
"Menghidupkan musik etnik sebagai bahasa masa kini."
Semangat mereka adalah:
Mengapresiasi kekayaan musik etnik Sumatera Selatan.
Mengeksplorasi unsur-unsur tradisi yang nyaris terlupakan.
Menginovasi komposisi musik dengan pendekatan modern—tanpa kehilangan akar budaya.
Panggung dan Prestasi