Mengejutkan bagi sebagian hadirin, Prof. OK Saidin mengungkap data bahwa hanya sekitar 14 juta jiwa yang bisa diidentifikasi sebagai puak Melayu dari total 270 juta penduduk Indonesia. Sumatera Selatan tercatat paling besar dengan sekitar 4,3 juta jiwa.
Namun, menurutnya, yang lebih mengkhawatirkan bukan jumlah, tapi minimnya jumlah elit budaya dan intelektual Melayu saat ini, jika dibandingkan era emas dengan tokoh-tokoh seperti Raja Ali Haji dan Tengku Amir Hamzah.
5 Solusi Strategis Kebangkitan Melayu
MABMI, menurut Prof. OK Saidin, harus menjadi "lidah Melayu yang bersuara kuat" dan bukan sekadar paguyuban adat. Ia menyerukan:
Membangkitkan semangat anak Melayu menempuh pendidikan tinggi
Menumbuhkan kembali kesadaran sejarah dan identitas Melayu
Menguatkan solidaritas antar komunitas Melayu dari berbagai daerah
Mendorong kekuatan ekonomi lokal dan industri kreatif Melayu
Merebut kembali hegemoni kepemimpinan politik di tanah sendiri
“Melayu Riau adalah serumpun dengan Melayu Palembang, serumpun dengan Melayu Deli, Pontianak, Jambi, dan lain-lain. Ini harus diikat dalam kesadaran sejarah dan politik yang utuh,” ujarnya.
Akhir Kata: Dari Palembang, Seruan Besar untuk Nusantara
Pelantikan Prof. Dr. Edwar Juliartha, S.Sos., MM. sebagai Ketua Wilayah MABMI Sumatera Selatan periode 2025–2030, menjadi momentum penting kebangkitan ini. Di akhir pidato, Prof. OK Saidin menyampaikan pantun penuh makna:
"Burung Irian burung cenderawasih,
Hinggap di ranting pohon rambutan.
Sekian dan terima kasih,
Jika ada salah mohon dimaafkan."
Dengan semangat ini, MABMI tak hanya mengangkat kembali martabat Melayu, tetapi juga memberikan kontribusi substansial p ada pembentukan jati diri nasional Indonesia yang lebih adil dan berakar.