Sosoknya diabadikan dalam bentuk lukisan ilustratif di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Karyanya masih dikaji dalam riset hukum dan kebudayaan lokal.
Vebri Al Lintani, budayawan mengemukakan bahwa proses panjang menjadikan Ratu Sinuhun sebagai Pahlawan Nasional telah bergulir sejak beberapa tahun lalu.
Dan kini, telah memasuki babak baru.
Seribu Tanda Tangan, Seribu Harapan
Aksi ini bukan hanya pengumpulan tinta di atas kertas. Ini adalah simbol bahwa masyarakat ingin mengenali sejarahnya sendiri—bukan dari narasi yang dibentuk luar, tapi dari tokoh yang lahir dan berkarya di tanahnya sendiri.
Bagi banyak warga yang ikut menandatangani petisi, ini adalah bentuk penghormatan sekaligus pernyataan: bahwa perempuan Palembang sudah menciptakan jejak jauh sebelum emansipasi menjadi jargon politik.
Pembina Srikandi TP Sriwijaya Mayjen Pol Ikhsan yang turut saat penandatanganan dukungan menjelaskan bahwa usaha yang dilakukan Pihaknya sebagai rasa peduli dan tanggung jawab terhadap tokoh-tokoh Sumsel yang selama telah banyak memberikan kontribusinya.
dr Kunthi Tridewanti menjelaskan bahwa perjuangan untuk wanita yang dilakukan Ratu Sinuhun, jauh sebelum perlawanan itu dilakukan pejuang-pejuang lainnya. Dimulai sejak abad ke 16 melalui Undang-undang Simbur Cahaya.
Ketua Umum Srikandi TP Sriwijaya Nyimas Alia menambahkan bahwa apa yang dilakukan pihaknya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
"Sehingga harapan terealisasinya Ratu Sinuhun sebagai pahlawan nasional bisa menjadi kenyataan," tambahnya
Cahaya dari Sumsel
Jika Kartini adalah cahaya dari Jawa, maka Ratu Sinuhun adalah Simbur Cahaya dari Sumatera Selatan. Bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk diakui.
Sudah saatnya nama Ratu Sinuhun tidak lagi sekadar mengisi lembar catatan lokal, tapi terpahat di batu sejarah nasional — sebagai Pahlawan Perempuan Nusantara yang meletakkan hukum, martabat, dan peradaban di atas pundaknya.