pariwisata-kebudayaan

Teater “Sultan Mahmud Badaruddin II” Hari Keempat: Panggung yang Menyatukan Sejarah, Seni, dan Dunia Pendidikan

Selasa, 21 Oktober 2025 | 05:43 WIB
salah satu adegan di Teater SMB II Harimau yang tak dapat dijinakkan., melibatkan pelajar dan pendongeng sebagai regresi yang mengantarkan cerita per episode. (dok)

Baca Juga: Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan”: Teater yang Membangkitkan Kembali Api Seni di Palembang

Antusiasme Tak Surut, Gedung Selalu Penuh

Menurut Vebri, rata-rata 320 penonton hadir di setiap pertunjukan, baik sesi pagi maupun sore.
Bahkan setelah pertunjukan berakhir, banyak penonton masih bertahan di kursi, seolah belum rela perjalanannya bersama sang Sultan berakhir.

“Setiap hari penuh. Antusiasnya luar biasa. Meski durasi dua jam lebih, penonton tetap fokus, tertib, dan menikmati,” ujarnya.

Pementasan ini sukses memadukan drama, musik, koreografi, dan nilai-nilai lokal dalam satu rangkaian visual yang memikat.
Dari adegan peperangan, intrik istana, hingga dialog reflektif antara tokoh, semuanya disusun dengan detail — membawa suasana Palembang abad ke-18 kembali hidup di atas panggung modern.

dua tokoh kontra di teater SMB IIHarimau yang Tak Dapat dijinakkan. SMB II dengan kerisnya dan penguasa Belanda dengan senpinya. (dok)

Baca Juga: Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan”: Ketika Napas Perlawanan Sultan Mahmud Badaruddin II Menyala di Panggung Palembang

Menuju Pentas Penutup

Pementasan terakhir akan digelar Selasa (21/10/2025) dengan dua kali pertunjukan spesial.
Rencananya, sejumlah tokoh daerah, termasuk Direktur Utama Pasar Palembang Jaya dan pejabat lainnya akan turut hadir.

“Kami ingin menutup dengan kesan mendalam. Karena ini bukan akhir dari cerita Sultan Mahmud Badaruddin II, tapi awal dari kebangkitan kesadaran sejarah melalui seni,” kata Vebri.

Seni yang Menghidupkan Sejarah

Melalui teater ini, sejarah tak lagi beku di halaman buku. Ia bernyanyi, menari, dan berdialog di atas panggung.
Sultan Mahmud Badaruddin II bukan hanya sosok masa lalu — ia menjadi refleksi keberanian masa kini.

Baca Juga: Menjawab Keterbatasan Infrastruktur Teater Sumsel Dengan Kemegahan Karya Pementasan Sultan Mahmud Badaruddin II Harimau Yang Tak Dapat Di Jinakkan Kar

Di tengah derasnya arus modernitas, “Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan” menjadi panggilan untuk kembali mengenal jati diri, sekaligus pengingat bahwa perjuangan dan cinta tanah air bisa diajarkan lewat cara yang indah: lewat seni pertunjukan.

Seni bukan sekadar tontonan. Ia adalah pelajaran hidup yang mengajarkan keberanian, kejujuran, dan cinta pada akar sejarah sendiri. Komunitas Batanghari Sembilan (Kobar 9), melalui pementasan karya ini telah meninggalkan jejak massa lalu bagi masa kini, dan masa yang akan datang. 

Halaman:

Tags

Terkini