pariwisata-kebudayaan

Dedet Sutrisno dan Api di Panggung: Menjiwai “SMB II, Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan” Sosok di Balik Harimau Palembang

Rabu, 22 Oktober 2025 | 09:54 WIB
"Sultan" bersama para mahasiswa yang menyaksikan SMB II Harimau yang tak deapat dikalahkan. (dok)

Baca Juga: Ketika Panggung Jadi Jendela Sejarah: Anak-Anak Disabilitas Menyapa Sultan Mahmud Badaruddin II Lewat Teater

Energi Panggung dan Respons Penonton

Setiap malam, panggung Graha Budaya dipenuhi penonton dari berbagai kalangan: pelajar, mahasiswa, pejabat, hingga keluarga. Rata-rata lebih dari 300 orang menonton setiap kali pertunjukan. Bahkan banyak yang datang lebih dari sekali.

“Penonton Palembang itu luar biasa,” ujar Endet. “Ada yang datang membawa anak kecil, ada mahasiswa yang bilang teater ini bikin mereka ingin belajar sejarah lagi. Itu kebahagiaan paling besar buat saya.”

Pementasan ini bukan hanya sukses secara artistik, tapi juga menyentuh hati publik.
Harga tiket yang terjangkau — mulai dari Rp25.000 untuk pelajar hingga Rp60.000 untuk umum — membuka akses bagi masyarakat luas untuk menikmati teater berkualitas.

Baca Juga: Menjawab Keterbatasan Infrastruktur Teater Sumsel Dengan Kemegahan Karya Pementasan Sultan Mahmud Badaruddin II Harimau Yang Tak Dapat Di Jinakkan Kar

Apresiasi dari Dewan Kesenian Palembang

Salah satu sosok yang ikut menyaksikan penampilan Endet adalah M. Nasir, Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP). Ia memberikan apresiasi tinggi, khususnya terhadap kemampuan pemeran utama yang berhasil menjiwai peran sejarah dengan kedalaman emosional.

“Endet berhasil menghidupkan SMB II bukan sebagai simbol, tapi sebagai manusia,” kata M. Nasir. “Dan teater seperti ini penting — karena teater adalah wadah belajar tentang kehidupan, bukan hanya bagi seniman, tapi juga bagi semua orang.”

Ia menambahkan, melalui akting dan dialog, teater dapat menyentuh banyak sisi kehidupan: pendidikan, sejarah, hiburan, bahkan kritik sosial.
“Dari panggung seperti ini kita bisa melihat cermin diri kita sendiri,” ujarnya.

Baca Juga: Harimau yang Tak Dapat Dijinakkan: Ketika Cinta, Laga, dan Sejarah Bertemu di Panggung Palembang

Dari Keterbatasan Menuju Kebangkitan

Meski sukses besar, pementasan ini tidak lepas dari tantangan teknis. Pendingin ruangan Graha Budaya sering tak berfungsi optimal, sistem suara kadang bergaung, dan pencahayaan terbatas. Namun semua itu tidak mengurangi kekuatan pementasan.

“Kami sadar fasilitas masih minim, tapi justru itu membuat kami semakin solid,” kata Endet. “Kami belajar untuk tidak mengeluh, karena perjuangan SMB II jauh lebih berat daripada panas panggung ini.”

Isnayanti, panitia pelaksana, berharap perhatian pemerintah dan lembaga seni bisa lebih serius.
“Teater seperti ini sudah membuktikan bahwa seni bukan barang mati. Palembang punya banyak talenta, hanya perlu dukungan.”

Halaman:

Tags

Terkini