pariwisata-kebudayaan

Wayang Kulit Palembang Menjaga Nyala Tradisi: Kisah Dalang Muda Wirawan Rusdi di Lawang Borotan

Kamis, 27 November 2025 | 11:05 WIB
Wayang Palembang mentas di pagi hari, Jumat (21/11) di pekan Seni 2025 di Lawang Borotan Palembang (Dok)

Ketua Dewan Kesenian Palembang, M. Nasir, menegaskan bahwa wayang kulit Palembang adalah bagian penting dari identitas kota.

“Ini bukan hanya seni pertunjukan. Ini adalah memori sejarah, jejak peradaban, dan kebanggaan wong kito yang wajib diwariskan,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Lacak Budaya Sriwijaya, Hasan, M.Sn., menyoroti kekhasan wayang Palembang yang tidak dimiliki daerah lain:

penggunaan bahasa Palembang dalam dialog,

kostum dalang dan pengrawit yang bertanjak,

serta posisi penonton yang menyaksikan dari arah berbeda dibandingkan wayang Jawa.

Menurut Hasan, tradisi boleh dirawat, tetapi inovasi tidak boleh dimatikan.

“Wayang Palembang punya potensi besar. Kuncinya adalah membuat masyarakat merasa pulang ketika melihatnya. Kalau bangga, orang akan bercerita, mengajak teman, dan ikut menjaga tradisi ini.”

Gatot Koco Lahir Kembali: Panggung Hidup Sang Dalang

Usai diskusi, Wirawan menghibur penonton dengan pentas berdurasi satu jam, menampilkan lakon “Gatot Koco Lahir Kembali.”
Dengan suara dalang yang tegas, sorot lampu, dan bayang-bayang kulit yang menari, Lawang Borotan seakan berubah menjadi ruang waktu yang mempertemukan masa kini dan masa silam.

Wayang Palembang belum mati—dan selama masih ada orang-orang seperti Wirawan, tradisi ini akan terus menemukan cahaya, bahkan di tengah gelombang zaman yang tak pernah berhenti berubah.

Halaman:

Tags

Terkini