Salah satu unsur utamanya adalah berbagai macam sayuran lokal yang mudah ditemui di daerah Sulawesi Utara, seperti labu kuning (atau sambiki), singkong, bayam, kangkung, jagung, kemangi, pakis, dan lainnya.
Bahan utama lainnya adalah beras, yang diolah menjadi bubur kental sebagai dasar sajian ini.
Yang menarik, tinutuan tidak mengandung protein hewani sama sekali, karena sulitnya mendapatkan daging di daerah tersebut dan harganya yang mahal.
Proses pembuatan tinutuan dimulai dengan mencuci bersih semua bahan, lalu merebus air hingga mendidih.
Kemudian, beras dimasak hingga menjadi bubur sambil diaduk secara kontinu agar tidak gosong.
Setelah itu, sayuran dan bahan tambahan lainnya dimasukkan, dengan waktu pematangan yang berbeda-beda tergantung pada jenis sayuran.
Terakhir, tambahkan bahan penyedap seperti garam, merica, gula, dan lainnya sesuai dengan selera.
Kelezatan dan Penyajian
Bubur Manado ini sering kali disajikan bersama dengan beberapa masakan khas Manado lainnya untuk menciptakan pengalaman makan yang lebih lengkap.
Beberapa di antaranya adalah sambal roa (sambal yang menggunakan ikan roa), dabu-dabu roa, ikan cakalang fufu atau tuna asap, serta sayur kacang merah khas Manado brenebon.
Tinutuan sangat cocok dijadikan sebagai menu sarapan di pagi hari karena kelezatannya dan keberagaman nutrisi yang terkandung di dalamnya.
Kuliner khas Nusantara
Tinutuan, atau bubur Manado, bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga sebuah warisan budaya dan sejarah yang memperkaya keberagaman kuliner Indonesia.
Dengan cita rasa yang lezat dan kaya akan nutrisi, tinutuan menjadi salah satu kuliner yang patut dijaga kelestariannya dan diapresiasi keunikan dan kelezatannya.