Kemenparekraf Gandeng Pelaku Pariwisata Hadapi Ancaman Gempa Megathrust: "Sense of Disaster" Kini Jadi Prioritas di Destinasi Wisata

photo author
- Rabu, 28 Agustus 2024 | 08:22 WIB
Destinasi di daerah bencana
Destinasi di daerah bencana

 

KetikPos.com - Menghadapi prediksi bencana besar yang mungkin melanda, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mengeluarkan seruan penting kepada masyarakat dan pelaku usaha pariwisata untuk membangun "sense of disaster" atau kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam.

Langkah ini dilakukan sebagai respon terhadap peringatan gempa Megathrust yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang diprediksi bisa berdampak pada sejumlah destinasi wisata strategis di Indonesia.

Dalam acara "The Weekly Brief With Sandi Uno" yang diadakan secara hybrid pada Senin (26/8/2024), Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, menyampaikan pesan tegas mengenai pentingnya kesiapsiagaan bencana di sektor pariwisata. "Gempa Megathrust adalah ancaman nyata yang tidak dapat diabaikan. Namun, dengan kesiapsiagaan yang tepat, kita bisa meminimalkan risiko dan melindungi keselamatan wisatawan serta pelaku usaha," ujar Nia.

Kesiapsiagaan Bencana Jadi Fokus Utama

Kemenparekraf tidak hanya mengeluarkan seruan, tetapi juga mengambil langkah konkret dalam memperkuat kesiapsiagaan bencana di destinasi wisata. Penekanan ini sangat relevan mengingat beberapa destinasi utama seperti kawasan pantai di Banten, termasuk Carita, yang terkenal sebagai tujuan wisata favorit bagi masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya, berada dalam kawasan yang rentan terhadap ancaman gempa Megathrust.

Nia menjelaskan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan BMKG dan instansi terkait untuk memasang sistem deteksi dini di beberapa titik strategis. Sistem ini diharapkan dapat memberikan peringatan cepat kepada masyarakat dan wisatawan jika terjadi bencana.

"Kesiapsiagaan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan peran aktif dari pelaku usaha pariwisata. Mereka harus siap dengan protokol darurat dan memberikan informasi yang jelas kepada wisatawan," tambahnya.

Mitigasi Risiko di Banten: Destinasi Wisata Tetap Kondusif

Meskipun ada kekhawatiran mengenai potensi gempa Megathrust, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Rahmat Zultika, memastikan bahwa situasi di Banten masih kondusif.

Menurutnya, penurunan jumlah wisatawan yang tercatat baru-baru ini bukan disebabkan oleh isu Megathrust, melainkan karena masih dalam periode low season atau bukan musim liburan. "Kami terus memantau situasi, dan hingga saat ini, pariwisata dan ekonomi kreatif di Banten berjalan dengan baik. Langkah-langkah mitigasi yang kami lakukan bersama BMKG, seperti pemasangan sistem deteksi dini di 22 titik strategis, telah menunjukkan hasil yang positif," ungkap Rahmat.

Rahmat juga menekankan bahwa pihaknya telah menyiapkan learning system di beberapa lokasi seperti Tanjung Lesung dan Pantai Labuan. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat serta pelaku usaha wisata terhadap potensi bencana. "Kami juga telah melakukan simulasi bencana secara rutin untuk memastikan bahwa semua pihak siap menghadapi situasi darurat," tambahnya.

Panduan Internasional untuk Kesiapsiagaan Bencana: Peran Indonesia di Kancah Global

Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Weniza, menyoroti pentingnya panduan internasional yang telah dikembangkan Indonesia. Pada tahun 2020, Indonesia melahirkan ISO 22328-3, sebuah panduan berjudul "Guideline for Implementation of The Tsunami Warning System". Panduan ini kemudian dipublikasikan oleh International Standard Organization (ISO) pada tahun 2023, menjadikannya sebagai standar internasional dalam menghadapi ancaman tsunami.

"Panduan ini adalah bukti bahwa Indonesia tidak hanya berperan sebagai penerima dampak bencana, tetapi juga sebagai pelopor dalam pengembangan sistem kesiapsiagaan global. ISO 22328-3 yang kita inisiasi ini telah melalui proses pembelajaran panjang dari berbagai bencana yang pernah kita alami, dan kini menjadi acuan di tingkat internasional," jelas Dr. Weniza.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ujang Ketik Pos

Tags

Rekomendasi

Terkini

X