Kontroversi Perubahan Jadwal Lomba Bidar: Menjaga Tradisi atau Mengembangkan Budaya?

photo author
DNU
- Kamis, 29 Agustus 2024 | 00:53 WIB
Bidar tradisional 2024 (Dok)
Bidar tradisional 2024 (Dok)

KetikPos.com -- Sejarawan Kms Ari Panji, yang juga dikenal sebagai dosen di UIN Raden Fatah, Palembang, dengan tegas menyoroti keputusan terbaru terkait perubahan jadwal pelaksanaan lomba Bidar tahun ini.

Dengan nada kecewa, ia mengungkapkan bahwa pemindahan lomba ke akhir Agustus adalah sebuah langkah yang mengganggu tradisi panjang yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Palembang.

Ari Panji menjelaskan bahwa sejak dahulu, lomba Bidar bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan bagian integral dari peringatan Hari Kemerdekaan di Palembang. Setiap tanggal 17 Agustus, Sungai Musi selalu menjadi pusat perayaan, dengan ribuan penduduk setempat dan wisatawan berkumpul di Jembatan Ampera dan sepanjang tepian sungai untuk menyaksikan perahu-perahu tradisional berlaga.

Menurut Ari Panji, perubahan ini tidak hanya sekadar memindahkan tanggal acara, tetapi juga berpotensi merusak warisan budaya yang telah menjadi identitas kolektif masyarakat Palembang.

Kms Ari Panji
Kms Ari Panji (Dok)

"Lomba Bidar selalu menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan yang dinantikan, bukan hanya oleh warga lokal tetapi juga oleh wisatawan dari berbagai daerah dan negara.

 

Dengan memindahkan jadwalnya, kita menggeser nilai budaya yang melekat pada momen tersebut," ungkapnya.

Ari Panji khawatir bahwa dampak dari perubahan ini akan membuat masyarakat dan wisatawan merasa kehilangan, dan mereka mungkin mulai mempertanyakan esensi dari lomba Bidar yang selama ini dikenal.

Lebih lanjut, Ari Panji juga menekankan hilangnya aspek-aspek tradisional lainnya yang telah lama menyertai lomba Bidar, seperti kehadiran para pedagang yang menjajakan telok abang, telok ukan, dan telok pindang.

Menurutnya, suasana ini menambah nuansa khas yang sangat identik dengan perayaan kemerdekaan di Palembang.

"Tradisi ini bukan hanya tentang perlombaan, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat berinteraksi dengan warisan budayanya melalui makanan, keramaian, dan kebersamaan," katanya.

"Dengan memindahkan jadwal ini, kita bukan hanya menggeser waktu pelaksanaan, tetapi juga memindahkan kenangan, kebanggaan, dan rasa memiliki terhadap tradisi yang telah terbangun selama bertahun-tahun."

Ari Panji berharap bahwa ke depannya, tradisi ini dapat dikembalikan ke tempat dan waktu yang tepat, yakni bersamaan dengan peringatan Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X