daerah

Cerpen Gila Berhitung, Dampak Negatif dari Pileg

DNU
Senin, 26 Februari 2024 | 06:13 WIB
Proses penghitungan suara manual Pemilu 2024 di TPS. (SMSolo/Yoma Times Suryadi)

Ada berapa yang lepas di sekitar Mesjid Agung. Atau beberapa yang diturunkan mahasiswa di kampus-kampus perguruan tinggi swasta maupun negeri yang tak terima kampusnya dijadikan ajang kampanye.

Begitu juga, hasil cetakan yang dipesan.

Berapa yang cacat, jumlah yang harus dikembalikan dan dicetak ulang, atau berapa banyak lagi percetakan yang masih belum mengembalikan kelebihan pembayaran.

Prinsipnya memang cucok dengan partainya. Calon dari partainya memang tak banyak-banyak, cuma 4 orang.

Sehingga, terbayanglah, dia yakin terunggul dalam perolehan suara di partainya.

”Tapi dia lupa, saingannya bukan calon separtai. Tetapi calon dari partai lain. Kalau perolehan suara partainya saja kurang, tak bakal ada yang jadi calonnya. Karena yang dihitung terlebih dahulu adalah perolehan partai,” kata anggota KPU yang menguasai teknis penghitungan dan meragukan Rudi bakal gagal merealisasikan keinginannnya.

Sebulan setelah pesta rakyat. Kala suara perolehan sudah dihitung, Rudi semakin jago menghitung.

Tanpa kalkulator di tangan, dia mengitari rumahnya.

Seolah memegang mesin hitung, dia menambah, mengurang, mengali, dan terkadang membagi. Lalu menjumlah. Hasilnya, dia tertawa.

Itu dilakukannya setiap pagi dan siang. Bahkan terkadang sampai malam.

Yang dihitungnya, mulai dari kasbon-kasbon laporan tim sukses hingga jumlah keramik di lantai rumahnya.

Baca Juga: Resep Pempek Adaan Khas Palembang dari 1 kg Ikan Tenggiri Giling yang Enak dan Tidak Bau

Juga, jumlah genteng atap rumahnya. Termasuk, jumlah jas dan saparinya yang sudah disiapkan untuk dipakai saat menghadiri rapat di fraksi ataupun di komisi seandaainya dia bisa jadi.

Tuntas semua benda di rumah dan sekitar rumahnya dihitung, dia pun meluas ke tetangganya.

Pun, rumah Pak RT. Bahkan, mesjid pun tak lupa dihampirinya.

Halaman:

Tags

Terkini