Jumlah celengan, berapa isinya, berapa total sumbangan yang diterima, dan untuk apa dana itu digunakan.
Pembukuan di papan pengumuman mesjid juga dilalapnya.
Pak RT bahkan sedikit grogi ketika Rudi menghitung jumlah raskin yang diterima dan warga yang berhak menerimanya.
Namun, bisa sedikit tersenyum ketika mengetahui pandangan mata Rudi, kosong.
Hampa dan tak memberikan respon ketika bertatapan dengan orang-orang yang dikenalinya.
Ketika televisi menyiarkan hasil perolehan suara para calon legislatif, Rudi justru menghitung uban seorang nenek yang mampir ke rumahnya dan menyorongkan karung minta diisi beras.
Dengan cepat, karung itu pun diisi rudi sebanyak 2,5 liter.
Tinggal kini, ayahnya yang sibuk mengupayakan agar anaknya berhenti menghitung.
Disarankan, agar Rudi dimintai tolong untuk menghitung perawat dan dokter di rumah sakit. Kalau saja, hitungannya tak meleset.
Masih pagi tadi, seorang bocah, Romlah, dikejar orang tuanya.
Karena berani menyebutnya gila. Saat melihat Rudi sibuk menghitung dengan suara yang keras dan seperti mencari sesuatu, dia bertanya kepada ayahnya.
”Lagi ngapain sih Om Rudi itu,” tanya Romlah yang selama ini kenal baik dengan Rudi karena sering dibagi duit dan kaos partai.
Ayahnya menjawab, ”Menghitung dan mencari suaranya yang hilang.”
Mendengar itu, Romlan yang tak mengerti spontan menyebut ayahnya gila.
”Ye, ayah gila ya, kan Om Rudi itu suaranya gak ilang. Tuh, dia masih bisa berhitung. Suaranya masih jelas terdengar. Gila nih ayah,” katanya polos.