KetikPos.com — Ketua DPD Asosiasi Driver Online (ADO) Sumatera Selatan, Muhammad Asrul Indrawan, melontarkan kritik keras terhadap maraknya kembali praktik perang tarif antar aplikator ojek online di Palembang. Ia menilai situasi ini sebagai bentuk eksploitasi terang-terangan terhadap para driver.
“Perang tarif dimulai lagi. Kami cuma bisa teriak: makan apa lagi kami? Ojol kembali jadi korban,” tegas Asrul, Rabu (30/04/2025).
Baca Juga: DPD ADO Sumsel Siap Kerahkan Puluhan Ribu Ojol Kepung DPRD Sumsel pada 20 Mei 2025
Menurut Asrul, penurunan tarif sepihak yang dilakukan oleh aplikator merupakan tindakan brutal yang mengabaikan aspek kemanusiaan.
Driver dipaksa bekerja lebih keras dengan bayaran lebih murah, sementara perusahaan tetap mengejar target transaksi dan dominasi pasar.
“Ini bukan sekadar persaingan bisnis. Ini pemiskinan sistematis terhadap driver. Kami dijadikan tumbal permainan harga,” ujarnya dengan nada geram.
Baca Juga: Begini Isi Surat ADO Sumsel Kepada Gubernur Terkait Program Grab Hemat Prabayar
Asrul menyebut, tarif yang diterapkan saat ini nyaris tak masuk akal. Di banyak kasus, ongkos perjalanan lebih murah dari biaya parkir. Belum lagi pemotongan persentase dari aplikator yang membuat penghasilan driver makin tercekik.
“Kami bukan mesin. Setiap hari kami menempuh risiko di jalan, menanggung biaya operasional sendiri, dan tetap dipaksa tunduk pada algoritma yang tidak transparan,” katanya.
ADO Sumsel menilai pemerintah daerah dan pusat lalai dalam menjalankan fungsi pengawasan dan perlindungan terhadap profesi driver online. Ketika aplikator bebas memainkan tarif seenaknya, negara terkesan abai.
“Kementerian Perhubungan harusnya tegas. Jangan cuma jadi penonton. Ini sudah lampu merah. Jika tidak ada regulasi tarif minimum yang adil, kami pastikan akan turun ke jalan,” ancam Asrul.
Baca Juga: Halal Bihalal dan Syukuran Kemenangan Budi Hoiru Digelar Meriah di Kecamatan Abab
Ia menegaskan bahwa ADO Sumsel siap menggalang konsolidasi besar-besaran antar komunitas ojol. Menurutnya, aksi unjuk rasa tinggal menunggu waktu jika aspirasi ini terus diabaikan.
“Sudah cukup kami bersabar. Jangan tunggu semua driver turun dan memblokir jalan baru kalian panik. Kami menuntut keadilan, bukan belas kasihan,” tutupnya.***