Skema Kapitalisme: Menjerat Mahasiswa Sebelum Menjadi Buruh di Korporasi

photo author
- Minggu, 26 Mei 2024 | 22:35 WIB
Ketua KAPL, Andreas OP (Dok Ist)
Ketua KAPL, Andreas OP (Dok Ist)

KetikPos.com — Sistem kapitalisme dalam pendidikan tinggi semakin menonjol melalui skema pinjaman mahasiswa atau student loan, yang kian hari semakin menjerat leher mahasiswa.

Alih-alih memudahkan akses pendidikan, skema ini justru membebani mahasiswa dengan utang besar sebelum mereka meraih gelar dan memulai karier mereka.

Utang yang Mengikat Masa Depan

Biaya pendidikan tinggi yang terus melonjak membuat banyak mahasiswa memilih untuk mengambil pinjaman mahasiswa guna menutupi biaya kuliah dan kebutuhan hidup. Sayangnya, banyak dari mereka yang tidak menyadari dampak jangka panjang dari keputusan tersebut.

Mahasiswa yang lulus dengan utang besar sering kali terpaksa memilih pekerjaan berdasarkan kebutuhan untuk membayar cicilan pinjaman, bukan berdasarkan minat dan keahlian mereka.

Beban yang Membebani Kehidupan Pasca-Kampus

Penelitian menunjukkan bahwa beban utang mahasiswa tidak hanya mempengaruhi keuangan pribadi mereka tetapi juga keputusan besar lainnya dalam hidup, seperti membeli rumah, memulai keluarga, atau melanjutkan pendidikan. Banyak lulusan yang merasa terjebak dalam siklus utang yang sulit diatasi.

Sistem Pendidikan yang Berorientasi pada Keuntungan Praktik pinjaman mahasiswa mencerminkan bagaimana sistem kapitalisme beroperasi dalam pendidikan tinggi. Perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, sering kali beroperasi layaknya korporasi yang berorientasi pada keuntungan.

Dalam sistem ini, mahasiswa menjadi konsumen yang harus membayar mahal untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Hal itu merupakan suatu siklus yang merugikan mahasiswa. Mereka dibebani utang sejak awal dan dipaksa bekerja di bawah tekanan untuk membayar utang tersebut.

Menyerukan Reformasi

Para ahli dan aktivis pendidikan menyerukan reformasi mendasar dalam sistem pembiayaan pendidikan tinggi. Usulan-usulan mencakup pengurangan biaya kuliah, peningkatan dana beasiswa, dan restrukturisasi pinjaman mahasiswa agar lebih terjangkau dan tidak memberatkan.

Pemerintah dan lembaga pendidikan didorong untuk menemukan solusi yang lebih adil dan berkelanjutan. Pendidikan merupakan suatu hak, bukan privilese yang hanya bisa diakses dengan utang besar. Kita membutuhkan model pembiayaan yang lebih inklusif dan adil.

Kesimpulan

Jeratan pinjaman mahasiswa dalam skema kapitalisme tidak hanya mempengaruhi mahasiswa selama masa studi mereka, tetapi juga membayangi kehidupan mereka setelah lulus.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yanti

Tags

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X