Kesan yang ditinggalkan pun bukan hanya soal kemeriahan event atau viralitas di media sosial, melainkan pada dampak nyata terhadap kebutuhan warga.
Mampukah Program Spektakuler Bertahan?
Yang menjadi perhatian adalah keberlanjutan dari program-program yang telah digagas para Pj. Misalnya, di era Ucok Damenta, ada Festival Budaya yang rutin diadakan setiap minggu di kawasan heritage, seperti depan Museum SMB II dan Gedung Kesenian.
Namun, setelah Ucok Damenta ditugaskan ke Banten, festival itu pun menghilang. Begitu pula dengan Festival Jazz Internasional, yang masih menjadi tanda tanya apakah akan kembali atau hanya menjadi kenangan.
Hal serupa juga terjadi di era Cheka Virgowansyah. Program Mustika Musi yang rutin digelar setiap akhir pekan di Benteng Kuto Besak (BKB) juga dikabarkan berakhir sebelum masa jabatannya usai. Ini menjadi bukti bahwa program yang tampak “wow” di masa Pj belum tentu bisa bertahan lama setelah masa jabatannya berakhir.
Mengapa demikian? Salah satu alasan utamanya adalah keterbatasan anggaran dalam APBD. Banyak program yang diadakan saat Pj menjabat didukung oleh berbagai sumber pendanaan sementara.
Ketika kepemimpinan berganti dan prioritas anggaran berubah, program-program tersebut bisa saja terhenti.
Selain itu, fenomena viral yang sering terjadi di masa Pj juga tak lepas dari strategi promosi, termasuk melalui endorse selebgram atau influencer.
Pertanyaannya, apakah masih ada fasilitas gratis untuk promosi semacam ini di masa pemerintahan yang lebih definitif?
Ataukah justru promosi ini memerlukan biaya besar yang akhirnya membebani anggaran?
Tantangan Bagi Pemimpin Selanjutnya
Yang perlu disadari, setiap pemimpin memiliki pendekatan berbeda. Ada yang fokus pada inovasi dan gebrakan yang viral, ada pula yang lebih memilih pendekatan berbasis kebutuhan rakyat yang mungkin tidak terlalu “wah” di dunia maya tetapi berdampak nyata dalam jangka panjang.
Walikota definitif seperti Ratu Dewa kini dihadapkan pada tantangan besar: melanjutkan program-program yang efektif, sekaligus menuntaskan berbagai persoalan mendasar yang mungkin tak tersentuh sebelumnya.
Selain itu, ada pula janji-janji politik saat Pilkada yang tentu harus direalisasikan, yang mungkin berbeda dengan prioritas Pj sebelumnya.
Fenomena Pj yang mencuri perhatian memang menarik untuk diamati. Namun, pada akhirnya, yang terpenting bukanlah sekadar membuat kejutan, melainkan bagaimana program yang telah dibuat bisa benar-benar memberikan dampak nyata bagi masyarakat dalam jangka panjang.