Menjawab Tantangan Demografi: Peran Perguruan Tinggi dalam Mempersiapkan Masyarakat Ramah Lansia

photo author
DNU
- Kamis, 24 April 2025 | 03:16 WIB
Dr. H. Mohammad Syawaludin. MA Dosen Pascasarjana UIN  Raden Fatah Palembang (Dok)
Dr. H. Mohammad Syawaludin. MA Dosen Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang (Dok)

Dr. H. Mohammad Syawaludin. MA
Dosen Pascasarjana UIN  Raden Fatah Palembang

Dr. H. Mohammad Syawaludin. MA Dosen Pascasarjana UIN  Raden Fatah Palembang
Dr. H. Mohammad Syawaludin. MA Dosen Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang (Dok)


Indonesia sedang memasuki fase bonus demografi yang tidak hanya ditandai oleh pertumbuhan penduduk usia produktif, tetapi juga peningkatan signifikan jumlah penduduk lanjut usia (lansia). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2023), sebanyak 11,75% atau sekitar 32 juta penduduk Indonesia telah memasuki kategori lansia, dan angka ini diprediksi meningkat menjadi 20,5% pada tahun 2045.

Fenomena ini menuntut transformasi kebijakan sosial, ekonomi, dan pendidikan, termasuk peran strategis perguruan tinggi dalam membangun masyarakat ramah lansia. Artikel ini sebuah ajakan memberiu tanggung jawab dan kontribusi potensial perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan penuaan populasi.

Melalui pendekatan kualitatif-deskriptif, studi ini mengkaji berbagai praktik baik, seperti pengembangan kurikulum gerontologi, program pelatihan digital untuk lansia, hingga pengabdian masyarakat berbasis pemberdayaan lansia.

Studi kasus Universitas Merdeka Malang, yang menginisiasi Sekolah Ramah Lansia, memperlihatkan peran konkret institusi pendidikan tinggi dalam membangun inklusi sosial bagi lansia.

Menurut Bappenas (2021), percepatan penuaan penduduk di Indonesia terjadi lebih cepat dibandingkan banyak negara lain di Asia Tenggara. Dalam konteks ini, pendidikan tinggi memiliki posisi yang strategis dalam merespons tantangan tersebut, baik dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan maupun kontribusi sosial.

Artikel ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana peran perguruan tinggi dapat diarahkan untuk menciptakan masyarakat ramah lansia melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Lebih lanjut, menegaskan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi lansia. Intervensi yang berbasis bukti dan berkelanjutan dapat mendukung pembangunan masyarakat inklusif sebagaimana tertuang dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) poin ke-3 dan ke-11.

Oleh karena itu, perguruan tinggi tidak hanya bertindak sebagai pusat ilmu pengetahuan, melainkan juga sebagai agen perubahan sosial yang strategis dalam menghadapi transisi demografi menuju Indonesia emas 2045.

Namun demikian, harus diakui bahwa dalam praktiknya terdapat jarak nyata antara populasi lansia dengan institusi perguruan tinggi di Indonesia. Minimnya keterlibatan lansia dalam kegiatan kampus, kurangnya program yang secara khusus menyasar kelompok usia ini, serta rendahnya kesadaran civitas akademika terhadap pentingnya isu penuaan menjadi tantangan tersendiri.

Stigma terhadap lansia sebagai kelompok pasif dan tidak produktif masih kental dalam budaya akademik. Selain itu, keterbatasan infrastruktur ramah usia di lingkungan kampus juga menjadi hambatan utama dalam membangun hubungan yang bermakna antara perguruan tinggi dan komunitas lansia. Oleh karena itu, upaya bridging atau jembatan penghubung perlu dibangun secara sistematis agar ruang akademik dapat diakses dan dirasakan manfaatnya oleh lansia secara inklusif.
Lansia dan Layanan Sosial

Menurut Laslett (1989), penuaan penduduk menandai munculnya "masyarakat usia ketiga" yang memiliki kebutuhan dan karakteristik spesifik. WHO (2021) menyarankan pendekatan berbasis lingkungan dan komunitas untuk mendukung ageing population, termasuk integrasi antar sektor. Di Indonesia, kebijakan nasional seperti RPJMN 2020–2024 telah mencantumkan penguatan layanan sosial dan kesehatan bagi lansia sebagai agenda pembangunan. Dalam kajian akademik, peran perguruan tinggi dalam gerontologi dan pelayanan sosial telah berkembang melalui berbagai program multidisipliner yang mencakup teknologi, psikologi, keperawatan, dan sosiologi.

Di Indonesia, kebijakan nasional seperti RPJMN 2020–2024 telah mencantumkan penguatan layanan sosial dan kesehatan bagi lansia sebagai agenda pembangunan. Dalam kajian akademik global, peran perguruan tinggi juga dikaji dalam berbagai disiplin:

Kajian Gerontologi Akademik: Menurut Moody & Sasser (2018), pengembangan ilmu gerontologi menjadi landasan penting bagi sistem pendidikan dan layanan sosial yang sensitif terhadap kebutuhan lansia.

Ilmu gerontologi menjadi landasan penting bagi sistem pendidikan dan layanan sosial yang sensitif terhadap kebutuhan lansia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X