Shalat Tarawih Begitu Besar Pahalanya, Mari Kita Tunaikan Secara Konsisten

photo author
- Jumat, 24 Maret 2023 | 13:57 WIB
Foto humas.Ilustrasi shalat Tarawih
Foto humas.Ilustrasi shalat Tarawih

Sebab, untuk menyebut kata dosa pada redaksi hadits di atas adalah menggunakan lafal “ma” yang dalam diskursus gramatika bahasa Arab (ilmu nahwu) memiliki arti umum. (al-Ramli, Nihayatul Muhtaj, tt: juz 3, hal. 206).

Menjaga Konsistensi Shalat Tarawih

Namun demikian, keimanan manusia adakalanya naik dan terkadang juga turun.

Naik turunnya iman sendiri bisa dideteksi melalui semangat ibadah yang dilakukan seseorang.

Semakin dia giat beribadah, biasanya semakin naik pula dosis keimanannya. Namun sebaliknya, jika ibadahnya mulai redup, bertanda dosis imannya mengalami penurunan.

Demikian pula dalam realitas pelaksanaan shalat tarawih yang terjadi di masyarakat. Pekan pertama sampai pertengahan Ramadhan mungkin volume jamaah masih ramai, tapi begitu memasuki separuh bulan terakhir apalagi mendekati hari raya idul fitri, jumlah jamaah perlahan melandai.

Yang tadinya harus dipasang alas terpal di depan mushala untuk menampung jamaah yang membludak, kini bagian dalam mushala saja kadang tidak penuh.

Alasannya pun beragam, mulai dari kesibukan pribadi sampai yang sudah bisa ditebak seperti sedang mempersiapkan kedatangan hari raya Idul Fitri di rumah: membuat aneka macam kue lebaran lah, menghias rumah lah, dan segala macam ragam lainnya.

Padahal jika kita memahami betul betapa besar pahala yang diperoleh umat Muslim dalam menjaga konsistensi shalat tarawih, tentu seharusnya semakin mendekati lebaran, semakin semangat pula tarawihnya, dan juga ibadah-ibadah lainnya.

Dalam salah satu potongan haditsnya, Rasulullah saw bersabda, إنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ Artinya, “Sesungguhnya seorang laki-laki yang melaksanakan shalat bersama Imam (berjamaah) sampai selesai, maka baginya dihitung pahala beribadah satu malam penuh.” (HR Abu Dawud)

Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang melaksanakan shalat berjamaah dan tidak bubar sampai imam selesai (ikut membaca dzikir dan berdoa), maka ia akan memperoleh pahala senilai beribadah selama satu malam penuh, terhitung ibadah wajib dan sunnah.

Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya mendata hadits di atas dalam bab keutamaan melaksanakan shalat pada bulan Ramadhan. (Abu Thayyib Abadi, ‘Aunul Ma’bûd, 2017; juz 2, h. 168)

Artinya, jika konteks hadits ini diberlakukan dalam shalat tarawih, maka barang siapa yang melaksanakan shalat tarawih sampai selesai berikut witir serta dzikir dan doa bersama imam, ia akan memperoleh pahala setara menghidupkan satu malam penuh dengan ibadah.

Belum lagi malam Ramadhan, pasti pahalanya lebih besar lagi dibanding malam-malam lainnya.

Lebih jauh, para ulama menjelaskan bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan alam-malam paling potensial bagi datangnya Lailatul Qadar, momen yang paling diimpikan oleh umat Nabi Muhammad saw.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ujang ( Ketik Pos )

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X