Dalam ajaran Islam keimanan dan ketaqwaan haruslah membuahkan akhlaq yang mulia. Dalam sebuah riwayat dikisahkan ketika sahabat bertanya kepada baginda nabi tentang siapakah
mukmiin
ِِ ِ ِ ٍ
Diriwayatkan pula dari Ata, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW., "Wahai Rasulullah, manakah orang mukmin yang paling utama?" Rasulullah Saw. menjawab: Orang yang paling baik akhlaknya dari mereka.”
Didalam hadits yang lain Rasulullah bersabda
Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR.Tirmidzi).
Dalam suasana kehidupan yang dilanda krisis moral maka sangat penting dan menentukanya ajaran tentang pencerahan akhlaq mulia ini, dalam perkataan, sikap, dan perbutan utama. Islam dengan tegas mengajarkan nilai-nilai amanah, adil, ihsan, kasih sayang, dan akhlak mulia lainnya. Perlu untuk kita sadarkan kembali dalam kehidupan yang seringkali paradoks. Dalam kenyataan agama tidak sepenuhnya menunjukkan konsistensi, sebaliknya terjadi hal-hal yang bertentangan antara nilai ajaran dengan perilaku pemeluknya.
Islam mengajarkan adil, ihsan, dan kasih sayang, namun para pemeluknya tidak jarang berbuat dhalim, keburukan, dan permusuhan. Islam mengajarkan kasih sayang, ta’awun, dan ukhuwah, namun pemeluknya berbuat permusuhan dengan sesama insan ciptaan Allah, bahkan dengan sesama muslim.
Begitu pula asda orang Islam rajin shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya secara intensif tetapi sikap dan tindakannya diwarnai amarah, kasar, buruk kata, kebencian, dan permusuhan. Islam masih sebatas ilmu dan ajaran verbal tetapi kurang dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Paradoks beragama seperti itulah yang termasuk
beragama yang tidak memcerahkan.
Diera kehidupan yang terbuka seperti sekarang ini – yang salah satunya ditandai peran media sosil secara massiv -, maka iman dan akhlaq mulia benteng kita. Media sosial selain bermanfaat sebagai media interaksi yang cepat dan mudah, pada saat yang sama menjadikan penggunanya seolah bebas komentar apa saja.
Sering kita temui ujaran perseteruan, kebencian, permusuhan, saling hujat, dan hoaks menjadi hal biasa di media daring tersebut. Tampa dilandasi akhlaq mulai, Medsos bisa mengakibatkan hubungan sosial jadi lebih keras sehingga hilang keadaban, hilang pula rasa damai dan ketenteraman.
Dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan pun mulai terasa adanya peluruhan nilai-nilai utama ini. Politik uang, permusuhan, kebencian, ghibah (menggunjing), tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain), provokasi, dan menghalalkan segala cara seakan legal dalam kehidupan politik di tubuh bangsa ini.
Oleh karena itu sangat diperlukan pencerahan akal dan budi, agar kita semua bisa mewujudkan karaker utama sebagai aktualisasi taqwa buah dari puasa Ramadhan.
Idul fitri harus kita jadikan sebagai momentum untuk menhidupkan kembali nilai nilai utama kehidupan, nilai nilai akhlaq mulia. Dengan senantiasa menerapkan akhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan berbangsa maka sesungguhnya kita telah menampilkan cara berislam yang mencerahkan dan memajukan.
Bahwa akhlaq mulia adalah citra diri setiap muslim, karena sesungguhnya akhlaq mulia tidak bisa dipisahkan dengan keimanan dan ketaqwaan. Ketika setiap Muslim di negri ini – sebagai penduduk terbanyak-telah menerapkan karakter utama sebagi perwujudan iman dan taqwa, niscaya Allah akan meberikan anugerahnya kepada bangsa kita. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran ;
”Apabila penduduk suatu negeri benar benar beriman dan bertaqwa, niscaya Aku bukakan kepadanya barokah dari langit dan bumi. tetapi mereka mendustakan ayat ayat kami, maka kami siksa mereka disebabkan karena perbuatammya ( QS Al a’rof : 96 )
Akhirnya marilah kita memohon kepada Alllah semoga kira senantiasa diberi hidayah, sehingga didalam menghadapi hidup yang semakin sulit ini kita tetap menjalani dengan benar. Kita berdoa Semoga Allah menerima suluruh amal kita dan mengampuni dosa dosa kita. Kita berdoa agar saudara saudara kita di Palestina, Rohingnya dan berbagai belahan dunia yang