opini-tajuk

Sungai dan Tradisi Lisan Senjang Musi Banyuasin

DNU
Rabu, 27 Maret 2024 | 21:02 WIB
Senjang, sebagai sastra tutur Sekayu (dok)

 

Oleh

Dr. Arif Ardiansyah*

 

Musi Banyuasin salah satu kabupaten yang banyak memiliki sungai. Sungai-sungai ini digunakan sebagai sarana lalu lintas.  Menurut Yusman Harris (2004) , zaman dahulu orang-orang menggunakan rakit dari Tebing Tinggi Lahat sampai ke Palembang melewati Kabupaten Musi Banyuasin.

Mereka membawa hasil bumi seperti kemiri, tembakau, gula merah dan sebagainya.

Sungai Batang Hari Leko, sepanjang 160 Km, mulai dari muaranya di hulu Desa Teluk Kijing sampai ke desa Sako Suban di tepi Sungai Kapas anak Sungai Batang Hari Leko.

Desa Sako Suban adalah desa terakhir di hulu Sungai Kapas.

Baca Juga: Membangun Jembatan Budaya: Memelihara Kearifan Lokal Melalui Bersenandung di Perahu Kajang di Tepi Sungai Musi

Sungai Batang Hari Leko atau anak-anak sungai Batang Hari Leko seperti sungai Kapas sangat penting untuk membawa kayu-kayu ke Palembang dan penting untuk membawa barang-barang kebutuhan bagi desa-desa yang terletak di sepanjang sungai tersebut, yang merupakan satu-satunya jalan untuk perhubungan lalu lintas.

Lalu, ada Sungai Lalan yang dapat digunakan sepanjang 145 Km untuk lalu lintas dan transportasi, dan sungai Banyuasin yang dapat digunakan sepanjang 176 Km .

Keberadaan Sungai bagi orang Musi Banyuasin sangat penting sebab pada zaman dahulu, nenek moyang orang Musi mendirikan desa-desa di tepi sungai.

Alasannya, pertama, dekat dengan air dan kedua, lalu lintas pada waktu itu melalui sungai. Begitu pula kebiasaan nenek moyang dulu membuka ladang atau ‘talang’ di hutan juga menjadikan air sebagai pertimbangan, sebab kata ‘talang’ artinya ‘jalan air’, air adalah sumber kehidupan.

Kehidupan masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin juga tergantung dari dua sungai ini, yaitu Sungai Musi dan Batanghari Leko, yang memiliki sekitar 200 anak sungai.

Karena kedua sungai-sungai tersebut sangat kaya akan ikan-ikan, hal itu sangat menguntungkan bagi masyarakat yang pekerjaannya sebagai nelayan, sedangkan masyarakat yang memiliki lahan pertanian dan perkebunan cenderung memanfaatkan sungai-sungai tersebut untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan mereka.

Halaman:

Tags

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB