Sungai dan Tradisi Lisan Senjang Musi Banyuasin

photo author
DNU
- Rabu, 27 Maret 2024 | 21:02 WIB
Senjang, sebagai sastra tutur Sekayu (dok)
Senjang, sebagai sastra tutur Sekayu (dok)

Bemotor fit tidak nyangkut lagi

Siang malam rata terang

Karena dipasang lampu gantung

 

Sayang adik ku sayang

Senjang memang jadi hiburan

Kalau tersinggung orang tidak senang

Kalau terlanjur maafkan kami

Kalau senang rasa di hati

Oi wak mamang kakak kakak

 

Dalam perkembangannya, tradisi senjang memiliki beberapa perubahan mendasar. Hal ini tidak bisa dielakkan karena manusia sebagai makhluk sosial juga mengalami berbagai perubahan dalam kehidupannya.

Perubahan tradisi senjang terjadi dalam tataran makro dan mikro. Pada tataran makro, misalnya, tradisi senjang kini hanya dapat dijumpai dan ditampilkan pada acara-acara adat  maupun seremonial pemerintahan pada masyarakat Musi Banyuasin. 

Kehadiran tradisi dalam acara-acara resmi pemerintahan dan  partai politik menjadi satu cerminan atau upaya membangun citra diri sebagai seseorang yang berasal dari Musi Banyuasin .

Dalam tataran mikro, sejumlah perubahan  terhadap senjang juga tidak bisa terelakkan, seperti  ketika senjang dipertunjukkan biasanya oleh dua gadis yang berbalas pantun sambil menari.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X