Sungai dan Tradisi Lisan Senjang Musi Banyuasin

photo author
DNU
- Rabu, 27 Maret 2024 | 21:02 WIB
Senjang, sebagai sastra tutur Sekayu (dok)
Senjang, sebagai sastra tutur Sekayu (dok)

 Disebut senjang karena antara lagu dan musik tidak saling bertemu, artinya kalau syair berlagu musik berhenti, kalau musik berbunyi orang yang bersenjang diam, sehingga keduanya tidak pernah bertemu. Itulah yang disebut senjang.

 Saat ini, senjang kerap hadir di berbagai peristiwa adat seperti perkawinan, syukuran dan persedekahan, serta dilombakan dalam bentuk Festival Senjang. Kadang senjang juga hadir di acara peresmian kantor dan sebagainya.

Tradisi yang berbentuk puisi rakyat  ini digunakan sebagai media penyampaian nasehat atau kritik yang dilakukan dengan cara dinyanyikan dan disertai senda gurau.  Maksud dari hal ini adalah agar tidak terkesan menggurui dan menyakiti orang yang dinasehati atau dikritik.

Tradisi Senjang bisa dilangsungkan di berbagai acara yang sifatnya profan, di antaranya adalah pada acara keluarga, seperti adat perkawinan, peresmian rumah baru, syukuran, dan lain sebagainya. Tradisi yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Musi Banyuasin ini masih sering kita jumpai sampai saat ini.

 Menurut Haris (2004:282), senjang adalah tarian yang dilakukan oleh dua orang, kadang-kadang berpasangan dengan bujang dan gadis.  Senjang berupa seperti pantun yang memiliki larik-larik yang di dalamnya terdapat sampiran dan memiliki isi pada satu atau dua baris akhir.

Hal yang sama juga disampaikan Linny. Menurutnya Senjang  merupakan salah satu bentuk puisi rakyat yang terdapat di daerah Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini berbentuk pantun yang terdiri dari enam, delapan, atau sepuluh baris setiap baitnya (Linny,2005:2).

Baca Juga: Sastra dan Lingkungan

 Sementara Tarmizi Sidik dalam wawancara dengan peneliti   mengatakan bahwa senjang berarti  pelampiasan perasaan, media pencurahan hati, baik kesedihan, gembira, maupun kritikan.

Melalui senjang mereka menari sambil bernyanyi. Ada kalanya mereka menyindir kedua pengantin atau menyindir para pejabat yang hadir.

 Definisi lain mengenai senjang juga disampaikan oleh Aminin. Baginya tradisi Senjang  berasal dari kata kesenjangan, yaitu permasalahan yang ada di masyarakat.

Masalah kesenjangan itu bisa terjadi pada berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Berbagai persoalan tersebut diungkapkan dalam seni tutur tersebut.

Dari berbagai pendapat mengenai senjang di atas dapat mengantarkan kita pada pemahaman bahwa senjang adalah kondisi yang tidak selaras atau ketidakharmonisan pada salah satu aspek kehidupan.

Apalagi ini berimplikasi pada terminologi senjang sebagai sebuah kesenian tradisi. Asumsi dasar bahwa senjang adalah kondisi yang tidak selaras tercermin dalam tradisi tersebut. Lagu dan musik  sebagai dua aspek dalam senjang ternyata tidak berjalan selaras.

Kedua aspek ini membentuk gayung bersambut karena antara lagu dan musik tidak saling bertemu. Artinya, kalau syair dilagukan maka musik berhenti, begitu sebaliknya, jika musik berbunyi syair berhenti dilagukan.

Berikut salah satu contoh senjang  karya Aminin Trio Amigo yang menceritakan tentang perkembangan daerah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB
X