opini-tajuk

Sungai dan Tradisi Lisan Senjang Musi Banyuasin

DNU
Rabu, 27 Maret 2024 | 21:02 WIB
Senjang, sebagai sastra tutur Sekayu (dok)

Tradisi ini lebih menunjukan keahlian seseorang. Saat ini, pertunjukan tidak  selalu harus dua gadis, bisa berpasangan antara seorang laki-laki dan perempuan atau secara sendiri-sendiri.

Perubahan juga terjadi pada musik pengiring senjang yang menggunakan alat musik tanjidor.

Saat ini, tanjidor sudah tidak lagi digunakan. Kebanyakan seniman senjang lebih senang menggunakan alat musik melayu atau organ tunggal (keyboard) sebagai pengiring. 

Baca Juga: Warahan dan Rejung: Memahami Kekayaan Sastra Tutur dalam Kearifan Lokal Ogan Komering Ulu Selatan

Selain perubahan musik pendukung, penciptaan senjang juga sudah mulai bergeser. Jika zaman dahulu penutur senjang biasanya menciptakan senjangnya secara spontan, sehingga tema yang akan disampaikan disesuaikan dengan suasana yang dihadapinya (Suan,2008:101).

Sekarang keahlian pesenjang seperti itu sudah sangat langka (kemampuan ini biasanya dimiliki oleh pesenjang yang sudah tua).

Pesenjang biasanya  menyiapkan  bait-bait senjang  jauh-jauh  hari.  Bahkan  tak  jarang  seniman Senjang menceritakan kisahnya dengan melihat teks yang telah disiapkan (seperti di beberapa pesta pernikahan yang  penulis hadiri,  banyak seniman  muda Senjang yang membaca teks tersebut di kertas kecil yang mereka siapkan  dan meletakkan tangan ).

Perubahan lainnya adalah kesenian senjang yang dahulu dipentaskan pada malam hari, kini sudah jarang dipentaskan pada malam hari, terutama pada pesta pernikahan, karena sudah digantikan oleh musik modern atau pertunjukan organ tunggal.

Seni senjang  juga berubah dari segi bentuknya. Dulu ada aturan bahwa ada fase pembukaan, isi, dan penutup dalam sebuah  teks. ​Sekarang pemain tidak lagi mematuhi “ pakem” ini karena mereka dibatasi pada waktu yang singkat untuk tampil dalam sebuah acara.                                        

Diduga  penyebab dari berbagai perubahan tradisi ketidakadilan yang terjadi sebagaimana diuraikan di atas terletak pada perkembangan zaman yang ditandai dengan hadirnya perangkat elektronik, kemudahan  akses, kemajuan perekonomian dan kemajuan dunia .  ​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ ​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ ​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ ​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ 

Terakhir , Sungai Musi , salah satu sungai utama Pulau Sumatera, telah lama menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan penjelajahan manusia. ​​​​Sungai berperan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar dan telah menginspirasi banyak karya seni dan sastra .

Sungai Musi mengalir dengan keindahan yang mempesona di setiap kelokannya. Di tengah udara jernihnya terdapat pemandangan indah yang memikat hati setiap orang yang melihatnya.                                               

Melewati  kota-kota megah seperti Sekayu, Palembang dan beberapa kota kecil  yang Sepi, Sungai Musi menawarkan keajaiban alam yang  tiada duanya .

Sungai Musi juga menjadi sumber inspirasi bagi seniman, penyair, dan musisi. Setiap gelombang udara memancarkan keindahan yang  menakjubkan dan menginspirasi  karya-karya yang mengesankan.

Dalam setiap bait puisi, lagu atau lukisan terasa keajaiban alam yang mempesona . ​​

Halaman:

Tags

Terkini

Media: Arsitek Realitas di Era Digital

Rabu, 26 November 2025 | 08:12 WIB

Menjaga Wibawa Pendidikan dari Kriminalisasi Pendidik

Jumat, 24 Oktober 2025 | 14:09 WIB

Pelangi Beringin Lubai II: SIMBOLIS HUBUNGAN KEKERABATAN

Selasa, 23 September 2025 | 07:02 WIB

Pelangi Beringin Lubai dalam Kenangan I: Budaya Ngule

Senin, 22 September 2025 | 19:12 WIB

Rusuh: Rakyat Selalu Dipersalahkan, Kenapa?

Jumat, 5 September 2025 | 17:48 WIB

BEDAH ALA KRITIKUS SASTRA

Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:28 WIB

BENDERA PUTIH TLAH DIKIBARKAN

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:11 WIB