supaya kita jangan lupa
Pada bait-bait senjang di atas diceritakan mengenai perkembangan pembangunan yang telah dan sedang berlangsung di Kabupaten Musi Banyuasin. Digambarkan akses transportasi masyarakat yang masih cukup sulit. Kata-kata ponton , biduk dari papan membayangkan kesulitan dalam melakukan penyeberangan yang akan dilakukan oleh masyarakat.
Baca Juga: Seni Membaca dan Menafsirkan Karya Sastra: Memahami Kekayaan Makna di Balik Kata-kata
Dahulu, orang yang akan pergi ke Sekayu melalui jalan darat harus berhenti di daerah Lais, tepatnya dusun Teluk. Karena daerah itu dipisahkan oleh Sungai Musi.
Untuk mencapai ke Kota-Kabupaten dan daerah lain di Musi Banyuasin, orang harus menyeberang memakai ponton dan biduk.
Dua alat transportasi ini dipakai penduduk untuk pergi ke Kota-Kabupaten. Kini, dua daerah sudah dihubungkan dengan sebuah jembatan besi dan dinamakan jembatan teluk.
Selain itu, pada bait-bait senjang di bawah ini juga menggambarkan informasi pembangunan yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin.
Saat ini, pembangunan di Muba terus dilakukan dimana jalan sudah diaspal (jalan lah rate itam), dan begitu juga suasana dusun sudah tidak lagi gelap gulita karena listrik sudah masuk dan dipasang dengan lampu jalan yang bergelantungan (baghe bagantung).
Meskipun berbagai kritikan atau sindiran disampaikan melalui senjang tetapi unsur santun bisa terlihat di akhir senjang.
Mereka terlihat dan terdengar sedang mengucapkan permohonan maaf jika ada dalam bait-bait itu ada kata yang salah. Berdasarkan budaya sopan-santun masyarakat Musi, orang tidak mau di singgung. Kalau pun terlanjur tersinggung, permohonan maaf selalu disampaikan.
Bahasa Musi
Medang payuh medang
Kite medang ke desa dusun
Oleh jalan lah rate itam