KetikPos.com -- Kawin lari, atau pernikahan tanpa seizin keluarga atau otoritas yang berwenang, seringkali menjadi cerita yang dipenuhi dengan nuansa dramatis dan kompleks.
Di Palembang, kawin lari juga bukanlah hal yang asing.
Sebaliknya, fenomena ini mencerminkan dinamika antara tradisi kuat dan arus perubahan sosial yang terus berkembang.
1. Cinta yang Menantang Norma
Kawin lari seringkali muncul sebagai ekspresi dari cinta yang menghadapi hambatan norma sosial.
Pasangan yang memilih jalan ini mungkin merasakan tekanan dari keluarga atau masyarakat yang menentang hubungan mereka.
Baca Juga: Komunikasi Masih Baik, Meskipun Pisah Rumah Sejak 2022, Perkawinan Desta-Natasha Rizky
Meski demikian, cinta yang kuat menjadi pendorong utama untuk melangkah di luar batas tradisional.
2. Dinamika Keluarga dan Tradisi
Di Palembang, keluarga memiliki peran besar dalam menentukan nasib perkawinan.
Norma sosial yang kental mengharapkan pernikahan dilakukan dengan persetujuan keluarga dan adat istiadat yang diikuti.
Kawin lari seringkali menjadi tindakan yang dianggap melanggar norma ini, memicu ketegangan antara generasi dan nilai-nilai tradisional.
3. Tantangan Sosial dan Stigma Masyarakat
Meskipun mungkin didorong oleh cinta, kawin lari di Palembang juga membawa dampak sosial yang signifikan.
Pasangan yang memutuskan untuk melanggar norma dapat menghadapi stigma dari masyarakat sekitar.
Stigma ini bisa berdampak pada hubungan sosial, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari mereka.
Baca Juga: Kampung Arab Al Munawwar: Destinasi Wisata Bersejarah Dipinggir Sungai Musi Palembang
