KetikPos.com -- Prasasti Rumatak, atau yang dikenal juga dengan Prasasti Geger Hanjuang, menjadi bukti otentik tentang keberadaan Kerajaan Galuh, salah satu kerajaan kuno yang memiliki peran penting dalam sejarah Nusantara.
Ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, pada tahun 1877. Prasasti ini tidak hanya mengungkapkan keberadaan fisik sebuah kerajaan, tetapi juga menyoroti kehidupan politik, sosial, dan budaya masyarakat pada masa itu.
Baca Juga: Prasasti Telaga Batu: Ancaman Kutukan dan Warisan Sejarah Sriwijaya di Palembang
Isi Prasasti dan Makna Historis
Prasasti Rumatak mengandung tiga baris tulisan dalam aksara Kawi, yang secara harfiah menggambarkan pendirian pusat kerajaan di Rumatak oleh Batara Hiyang.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai tanggal terbitnya, baik 1033 Saka (1111 Masehi) maupun 1333 Saka (1411 Masehi), prasasti ini menjadi saksi bisu tentang keberadaan Kerajaan Galuh pada masa itu.
Lebih dari sekadar sejarah, prasasti ini juga memberikan wawasan tentang struktur kekuasaan, pemikiran politik, dan tata nilai masyarakat pada masa itu.
Baca Juga: Masih Adakah Prasasti Kantor Ledeng?
Penguatan Pertahanan:
Salah satu aspek yang menarik dari prasasti ini adalah peristiwa pembangunan pertahanan di ibukota Kerajaan Galuh, yaitu Rumatak.
Tindakan ini, yang dilakukan melalui pembuatan parit atau perigi, mencerminkan kebijaksanaan politik dalam mengamankan wilayahnya.
Meskipun mungkin tidak ada ancaman konkret pada saat itu, tindakan ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya persiapan pertahanan sebagai langkah preventif.
Baca Juga: Astana Pajimatan Himagiri: Warisan Bersejarah dan Destinasi Wisata Religi di Indonesia
Simbol Kekuasaan dan Legitimasi:
Pembangunan parit atau perigi tidak hanya merupakan tindakan fungsional untuk keamanan, tetapi juga memiliki makna simbolis dalam konteks pemerintahan.
Tradisi di berbagai kerajaan di tatar Sunda menunjukkan bahwa pembangunan atau perbaikan parit sering kali terjadi setelah penobatan raja baru.
Ini bukan hanya sebagai upaya untuk meningkatkan pertahanan, tetapi juga sebagai tanda legitimasi kekuasaan baru dan perubahan pemerintahan yang signifikan.