KetikPos.com - Malam itu, tepian Sungai Kapuas di Gang Bansir III Kelurahan Bansir Laut Kecamatan Pontianak Tenggara dipenuhi oleh sorakan riang dan dentuman meriam karbit yang menggema.
Enam meriam karbit dengan warna-warni menarik bercorak khas Kota Pontianak, Kalimantan Barat, berjejer kokoh, siap menyulut semangat warga dan para wisatawan yang memadati tempat tersebut.
Tepat pada saat yang dinantikan, Penjabat Gubernur Kalimantan Barat, Harisson, Penjabat Wali Kota Pontianak, Ani Sofian, serta Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI Iwan Setiawan, bersama dengan jajaran Forkopimda, bersatu untuk menjadi pelopor dalam simbolisasi dimulainya Eksibisi Permainan Tradisional Meriam Karbit.
Permainan meriam karbit bukanlah hal baru bagi masyarakat Pontianak. Namun, setiap kali perayaan Hari Raya Idulfitri tiba, keseruan permainan ini selalu memukau dan memeriahkan suasana kota.
Kali ini, tidak kurang dari 41 lokasi di sepanjang Sungai Kapuas menjadi saksi kehangatan tradisi ini, dengan masing-masing lokasi menawarkan lima hingga enam meriam karbit yang berdentum megah, memenuhi malam Pontianak dengan nuansa yang khas.
Pj Wali Kota Pontianak, Ani Sofian, dalam penjelasannya menyatakan harapannya bahwa permainan meriam karbit ini bukan sekadar tradisi lokal, melainkan dapat menjadi magnet bagi pariwisata Kota Pontianak.
Dengan menyelipkan harapan bahwa eksibisi ini akan menjadi bagian tetap dalam kalender pariwisata, ia berharap masyarakat Pontianak dapat merasakan dampak positifnya dalam berbagai aspek kehidupan.
Meriam karbit Pontianak memang memiliki daya tariknya sendiri. Dibandingkan dengan meriam dari daerah lain, meriam Pontianak terbuat dari kayu dengan dimensi yang mencapai 4 hingga 7 meter, serta diameter mencapai 40 hingga 100 centimeter.
Keistimewaannya terletak pada dentuman yang dihasilkan, cukup menggema hingga mencapai radius 2 hingga 10 kilometer.
Namun, permainan tradisional meriam karbit tidak sekadar tentang kegembiraan semata. Ia membawa serta nilai-nilai historis yang dalam bagi Kota.
Sejak zaman dahulu kala, meriam karbit digunakan oleh Sultan Syarif Abdurrahman untuk membangun Kota Pontianak, bahkan menjadi alat untuk mengusir hantu-hantu yang mengganggu pembangunan masjid dan istana.
Selain itu, meriam karbit juga menjadi penanda penting dalam waktu salat, sahur, dan berbuka puasa di bulan Ramadan.
Pj Gubernur Kalimantan Barat, Harisson, menambahkan bahwa eksibisi ini bukan hanya tentang menghibur, tetapi juga tentang melestarikan warisan budaya yang kaya dan unik. Ia berharap bahwa melalui kegiatan ini, masyarakat dapat lebih mengenal dan mencintai seni tradisional meriam karbit, serta memperkaya identitas budaya Kalimantan Barat.
Sebagai penutup, Harisson mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama melestarikan seni meriam karbit. Dalam momen yang penuh suka cita seperti malam takbiran ini, meriam karbit bukan hanya menjadi simbol kegembiraan, tetapi juga sarana untuk merajut silaturahmi dan memperkokoh rasa kebersamaan di antara kita semua.