"Dengan segudang potensi di Jakarta, kita bisa menggelar pertunjukan seni di berbagai tempat, tanpa harus membebani seniman dengan retribusi," ujarnya dengan semangat.
Pemprov DKI Jakarta, melalui Kepala Dinas Kebudayaan, Iwan Henry Wardhana, menjelaskan bahwa tarif retribusi bukanlah beban, melainkan investasi untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat. "Pendapatan dari retribusi ini akan kita gunakan untuk memajukan budaya kita lebih jauh lagi," tegas Iwan.
Di tengah semangat pelestarian ini, Setu Babakan terus menjadi pusat kegiatan seni. Pemerintah kini fokus pada upaya pemanfaatan lokasi lain di Jakarta, seperti Taman Ismail Marzuki dan gedung kesenian lainnya, untuk lebih memperluas panggung bagi seni dan budaya Betawi. Sebuah langkah maju dalam melestarikan warisan budaya yang begitu berharga bagi Jakarta.(***)
