KetikPos.com - Di tengah rimbunnya hutan bambu dan aur yang tumbuh subur di Desa Jati, Kabupaten Lahat, tersembunyi sebuah kisah heroik dan penuh strategi. Benteng Jati, atau yang dikenal juga sebagai Benteng Aur Duri, merupakan saksi bisu perjuangan masyarakat Desa Jati dalam melawan penjajah Belanda.
Benteng ini bukan hanya sekadar struktur fisik, tetapi juga simbol perlawanan dan semangat juang masyarakat setempat.
Benteng Sebagai Simbol Pertahanan
Benteng Jati dibangun oleh masyarakat Desa Jati menggunakan bambu dan aur, yang dalam bahasa setempat disebut sebagai "duri".
Struktur benteng ini dirancang sedemikian rupa untuk memberikan perlindungan maksimal dari serangan musuh. Benteng ini tidak hanya menjadi benteng fisik, tetapi juga menjadi benteng semangat dan tekad masyarakat dalam mempertahankan tanah air mereka dari penjajah.
Strategi Pertahanan yang Kuat
Menurut Jurai Tue (Ketua Adat) Desa Jati Saripul Rahman pada masa itu, bambu dan aur adalah bahan yang sangat efektif untuk membangun benteng.
Kedua bahan ini kuat dan sulit ditembus, sehingga memberikan perlindungan yang optimal bagi masyarakat.
Dengan benteng ini, masyarakat Desa Jati mampu bertahan dari berbagai serangan yang dilancarkan oleh penjajah Belanda.
Benteng ini menjadi simbol ketangguhan dan keberanian masyarakat dalam menghadapi kekuatan yang lebih besar dan lebih terorganisir.
Strategi Licik Penjajah Belanda
Namun, di balik kekuatan pertahanan benteng ini, tersimpan sebuah cerita tentang bagaimana Belanda akhirnya berhasil melemahkan pertahanan tersebut.
Menyadari bahwa menyerang secara langsung tidak akan efektif, Belanda menggunakan strategi yang lebih licik dan manipulatif.
Mereka mengetahui bahwa masyarakat Desa Jati memiliki kebutuhan yang mendesak akan uang.