Hutan Wehea: Pelestarian Alam dan Budaya Dayak Wehea di Tengah Modernisasi

photo author
- Senin, 15 Juli 2024 | 09:13 WIB
Ilustrasi.Penampakan Hutan Kalimantan (Unsplash/Vin Nov)
Ilustrasi.Penampakan Hutan Kalimantan (Unsplash/Vin Nov)

 

KetikPos.com - Di tengah hiruk pikuk modernisasi, Hutan Wehea di Kalimantan Timur tetap berdiri kokoh sebagai benteng keanekaragaman hayati dan warisan budaya masyarakat adat Dayak Wehea.

Hutan tropis yang asri ini, dengan luas 38.000 hektare, tidak hanya menjadi rumah bagi flora dan fauna langka, tetapi juga menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat adat dalam menjaga kelestarian alam.

Komunitas adat Dayak Wehea yang tinggal di Desa Nehas Liah Bing, Kabupaten Kutai Timur, memainkan peran penting dalam pelestarian hutan ini. Melalui dedikasi dan edukasi, mereka melindungi hutan dari ancaman eksternal dan mengajarkan generasi muda pentingnya menjaga alam.

Yuliana Wetuq, Koordinator Kelompok Penjaga Hutan Wehea, dengan penuh semangat mengisahkan upaya komunitas mereka.

"Kami mengajak masyarakat dan para pemuda agar mengerti cara menjaga hutan dan apa saja yang harus dilindungi," ujar Yuliana.

Upaya edukasi ini mencakup berbagai sekolah di sekitar hutan, mengajarkan siswa untuk menghargai dan melindungi hutan sebagai warisan leluhur dan sumber kehidupan.

Hutan Wehea tidak hanya berfungsi sebagai rumah bagi 61 spesies mamalia, 114 jenis burung, dan 59 jenis pohon bernilai ekonomi, tetapi juga memiliki fungsi hidrologis penting sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS) Wehea dan Long Gi di Kabupaten Berau.

Selain itu, hutan ini kaya akan tanaman obat-obatan yang telah dimanfaatkan masyarakat adat selama berabad-abad.

Sejak 2004, upaya pelestarian Hutan Wehea telah berlangsung dengan harapan agar hutan ini diakui sebagai hutan adat.

Pengakuan ini akan memastikan kelestariannya lebih terjamin, karena masyarakat adat memiliki ritual yang tak terpisahkan dari hutan, seperti pesta adat Lom Plai yang digelar setahun sekali.

"Kami berharap pemerintah mengakui kami sebagai Masyarakat Hukum Adat (MHA) dan memberikan dukungan lebih besar," harap Yuliana.

Hutan Wehea bebas dari kontaminasi industri seperti sawit dan hutan tanaman industri, menjadikannya area penting untuk menjaga sumber air bersih dan keanekaragaman hayati.

Patroli rutin dilakukan oleh kelompok penjaga hutan, atau Petkuq Mehuey, untuk melindungi hutan dari penebang liar dan ancaman lainnya.

Yuliana Wetuq, seorang perempuan berusia 45 tahun, menjadi salah satu penggerak utama komunitas ini. Sebagai koordinator Petkuq Mehuey, Yuliana dan timnya menjaga hutan dari berbagai ancaman dan mengumpulkan data flora serta fauna.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ujang Ketik Pos

Sumber: indonesia.go.id

Tags

Rekomendasi

Terkini

X