KetikPos.com-- Dunia seni tari tradisional Sumatera Selatan berduka dengan berpulangnya Bunda Elly Rudi, maestro tari yang telah banyak berjasa dalam melestarikan budaya tari tradisional daerah. Bunda Elly, yang lahir di Tanjungenim 75 tahun lalu, meninggalkan warisan berharga berupa dedikasi dan semangat yang tak pernah padam dalam mengajarkan tarian tradisional kepada generasi muda.
Menggeluti dunia tari sejak 1962, saat masih duduk di bangku kelas I SMA Xaverius, Bunda Elly telah mendedikasikan hidupnya untuk seni tari tradisional. Di usia sepuhnya, penari yang masih energik ini tetap keukeuh membina anak-anak agar mengenal dan menguasai tari tradisi.
Istri Rudi Syafrudin ini, awalnya bergabung dengan Sanggar Gending Sriwijaya pimpinan Sukaenah Rozak. Temannya, diantaranya Ana Kumari, juga turut berperan dalam pengembangan seni tari. Selain sebagai penari, Elly Rudi, yang memiliki nama kecil Elly Anggaraini Soewondo, juga dikenal sebagai pencipta tari.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah Tari Tanggai, yang diiringi lagu Enam Saudara. Sementara itu, Ana Kumari menciptakan Tari Tepak Keraton.
Bunda Elly Rudi dikenal sebagai sosok yang gigih dan penuh semangat dalam mengajarkan berbagai tarian tradisional, di antaranya Tari Gending Sriwijaya, Tari Tanggai, Tari Kipas, Tari Sabung, Tari Kembang Emas, dan Tari Bedana.
Pelatihan yang diadakannya tidak hanya bertujuan untuk melestarikan tarian yang mulai tenggelam, tetapi juga memberikan wadah bagi anak-anak untuk bersosialisasi dan mengenal lebih dekat warisan budaya mereka.
Selama masa pandemi, Bunda Elly memastikan pelatihan tari tetap berjalan dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat. "Supaya anak didik tidak gadget minded. Yang bisa membuat mereka jenuh.
Karenanya, dua tiga pulau terlampau dengan pelatihan ini. Lestarikan tari tradisi, mengenalkan milenial dengan tradisi, memberi peluang sosialisasi, dan menghidupkan kembali tari tradisi yang sempat tenggelam," ucapnya dengan penuh semangat.
Di lokasi pelatihan di Bukit Siguntang, disediakan fasilitas cuci tangan, anak-anak diwajibkan mengenakan masker, dan menjaga jarak selama latihan.
Bunda Elly, yang telah berkecimpung di dunia tari sejak 1962, membagi waktunya antara aktivitas di berbagai organisasi kesenian dan melatih tari di Bukit Siguntang.
Sebagai seorang istri dan ibu dari empat anak, Swarna Maha Reza, S.Sos., Swarga Arya Eza, S.Pd., Permata Safira, S.E., dan Puspa Dita, S.Si., Bunda Elly tetap menemukan waktu untuk berbagi ilmu tari.
“Terutama untuk tiga tarian, kipas, kembang emas, dan kipas, yang sempat tenggelam dan kurang dikenal masyarakat. Kalau diajarkan ke anak-anak, kaum milenial, maka mereka akan lebih mengenal seni tradisi,” tambahnya.
Setiap Sabtu, Bunda Elly dengan semangat mengajar tarian kepada sekitar 30 anak usia SD dan SMP di Rumah Dinas Wawako, Jalan Seruni, Bukit Besar Palembang. "Saya berharap tarian tradisi bisa lestari dan kaum milenial juga menguasai kekayaan budaya sendiri," ujarnya.
Bunda Elly memulai kariernya di Sanggar Gending Sriwijaya pimpinan Sukaenah Rozak, dan terus berkontribusi dengan menciptakan tarian seperti Tari Tanggai. Bersama teman-temannya, seperti Ana Kumari yang menciptakan Tari Tepak Keraton, Bunda Elly berkomitmen untuk terus menginspirasi generasi muda melalui seni tari tradisional.