Lettu A. Rivai: Pahlawan Pertempuran Lima Hari Lima Malam yang Abadi dalam Kenangan Palembang

photo author
DNU
- Minggu, 29 Desember 2024 | 07:06 WIB
Jalan Kapten A Rivai, merupakan salah satu simbol penghargaan terhadap penuang P5H5M (Dok)
Jalan Kapten A Rivai, merupakan salah satu simbol penghargaan terhadap penuang P5H5M (Dok)

Pengorbanan Lettu A. Rivai mengingatkan kita semua tentang arti keberanian, cinta tanah air, dan pengabdian yang tulus. Jalan yang kini menyandang namanya bukan sekadar pengingat sejarah, tetapi juga simbol bagi generasi muda untuk mengenang dan melanjutkan semangat perjuangan.

Baca Juga: Menggali Heroisme Palembang: Peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam Siap Digelar

"Nama Lettu A. Rivai adalah bagian dari jiwa Palembang. Semangatnya terus hidup dalam setiap langkah masyarakat yang melewati jalan ini," ujar Vebri Alintani, Ketua Peringatan Pertempuran 5 Hari 5 Malam Palembang.

Jalan Kapten A. Rivai: Jejak Perjuangan dan Kehormatan

Jalan Kapten A. Rivai, yang membentang sepanjang 1,8 km di tengah kota Palembang, adalah salah satu kawasan strategis dan sibuk. Jalan ini melintasi tiga kecamatan utama, yakni Kecamatan Bukit Kecil, Ilir Barat 1, dan Ilir Timur 1.

Di sepanjang jalan ini berdiri sejumlah kantor penting seperti Kantor Gubernur Sumatera Selatan, Kantor DPRD Provinsi, Kantor Pos, dan berbagai perkantoran lainnya, menjadikannya pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan kota Palembang.

Namun, nama Kapten A. Rivai yang diabadikan sebagai nama jalan ini tidak semata soal lokasi strategis, tetapi adalah penghormatan atas jasa besar seorang pahlawan yang gugur dalam Pertempuran Lima Hari Lima Malam.

Kisah Kapten A. Rivai: Pahlawan dari Dusun Cempaka, OKU Timur

Seperti dikutip dari kanal YouTube Mang Dayat, Kapten A. Rivai, anak dari Pangeran Harun asal Dusun Cempaka, OKU Timur, adalah seorang perwira muda yang penuh semangat juang.

Pada 28 Desember 1946, saat berpangkat Lettu (Letnan Satu), ia sedang mengendarai sepeda motor untuk memeriksa pasukan di Jalan Pagar Alam, yang kini dikenal sebagai Jalan Mayor Ruslan.

Saat itu, kawasan Bukit Charitas tengah menjadi medan kontak senjata antara pasukan Belanda dan Tentara Republik Indonesia yang dibantu Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Lettu Rivai terlibat dalam pertempuran tersebut. Sayangnya, sebuah peluru sniper mengenai bahu kanannya, membuatnya terkapar di lokasi yang kini dikenal sebagai Jalan Letnan Jaimas. Ia segera dibawa ke Klinik dr. Ibnu Sutowo di Jalan Dempo untuk dirawat.

Meskipun terluka, semangat juangnya tidak pudar. Pada 3 Januari 1947, tanpa izin perawat, Lettu Rivai melarikan diri dari klinik bersama rekannya, Letda Azis, yang juga dalam kondisi luka. Mereka kembali ke medan pertempuran di Sungai Jeruju, 8 Ilir, di mana pasukan mereka sedang bertahan melawan serangan besar dari Belanda.

Baca Juga: Perang Lima Hari Lima Malam, Korbannya Lebih 2.000 Beda Perlakuan dengan Perang di Surabaya Maupun Semarang

Perang Lima Hari Lima Malam dan Gugurnya Kapten Rivai

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X