Sendratari "Bujang dan Masayu" Hidupkan Nilai Tradisi di Festival Pesona UMKM 1015 Palembang

photo author
DNU
- Selasa, 24 Juni 2025 | 09:38 WIB
Salah satu adegan sendratari Masayu (Tangkapan layar Ig @pariwisatapalembang)
Salah satu adegan sendratari Masayu (Tangkapan layar Ig @pariwisatapalembang)

 

KetikPos.com— Nuansa budaya tradisional Palembang hadir kuat dalam pementasan sendratari bertajuk “Bujang dan Masayu” yang dipentaskan di panggung utama Festival Pesona UMKM 1015 di kawasan Benteng Kuto Besak (BKB), Jumat malam (20/6).

Pertunjukan ini menjadi sorotan utama festival, karena menyuguhkan kisah yang menyentuh sekaligus memperkenalkan kembali nilai-nilai kearifan lokal melalui pendekatan seni pertunjukan yang memadukan unsur tari tradisional, teater, dan musik modern.

Disutradarai oleh Salwa (alias Ewa), Bujang dan Masayu berkisah tentang perjalanan hidup seorang perempuan bernama Masayu, yang tumbuh sejak bayi hingga remaja dalam lingkungan yang penuh dengan tradisi Palembang.

Dalam lakonnya, Masayu dikenalkan sejak kecil pada nyanyian Nenggung Mato—pujian kepada Tuhan—dan bermain permainan tradisional khas Palembang.

Permainan tradisional jadi konten dalam sendtarai Masayu
Permainan tradisional jadi konten dalam sendtarai Masayu (Tangkapan layar IG @pariwisatapalembang)

Saat remaja, Masayu digambarkan sebagai perempuan yang menjunjung tinggi norma adat dan tata krama, seperti tidak sembarangan memegang tangan laki-laki dan selalu menghormati kehendak orang tuanya.

"Sendratari ini adalah bentuk nyata bagaimana seni bisa menjadi medium pewarisan budaya kepada generasi muda," ujar M. Nasir, Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP), seusai pementasan.

Pementasan ini melibatkan para seniman muda binaan DKP dari bidang tari dan teater. Para pemain yang tampil antara lain: Bebeg, Nawa, Saleh, Debo, Desti, Uto’, Syifa, Naira, Nadin, Aqla, Nadia, Intan, Dapun, Misya, Dawina, Aisyah, dan Prilly.

Pertunjukan semakin hidup dengan iringan musik dari Iir Stoned dan permainan gitar oleh Saipi, serta penampilan vokal dari Dekri dan Kira, yang membalut suasana dengan nuansa emosional dan atmosfer budaya.

Ketua Komite Tari DKP, Irmansyah, bersama Ketua Komite Teater DKP, Hasan, turut mendampingi proses kreatif yang berlangsung selama beberapa minggu sebelum hari pertunjukan.

"Kolaborasi ini menjadi contoh bahwa tradisi dan modernitas bukan untuk dipertentangkan, tapi disatukan," ujar Irmansyah.

Festival Pesona UMKM 1015 sendiri merupakan ajang tahunan yang digelar untuk mempromosikan kekayaan budaya, produk UMKM, serta potensi wisata Palembang.

Para penonton antusias
Para penonton antusias (Dok)

Pementasan Bujang dan Masayu menjadi salah satu bentuk inovatif untuk menarik perhatian generasi muda terhadap nilai-nilai tradisional yang semakin terpinggirkan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X