KetikPos.com --Selasa malam, 8 Juli 2025, Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam di Jalan Sultan Muhammad Mansyur, Palembang, menjadi saksi perjalanan akademik penuh makna.
Akademisi bersilaturhami dengan Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Fauwaz Diraja di kediamannya.
Dr. Ahmad Nur Fuad, M.A. (UIN Sunan Ampel Surabaya) dan Dr. H. Setia Gumilar, S.Ag., M.Si. (UIN Sunan Gunung Djati Bandung) hadir sebagai Tim Asesor dari BAN‑PT, usai melakukan Asesmen Lapangan pada Program Studi Magister Sejarah Peradaban Islam (SPI) S2 UIN Raden Fatah Palembang selama tiga hari terakhir.
Turut hadir Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum) UIN Raden Fatah Palembang Prof. Dr. Endang Rochmiatun, M.Hum didampingi Wakil Dekan I Fahum UIN Raden Fatah Palembang Dr. Herlina, S.Ag. SS, M.Hum, Wakil Dekan II Fahum UIN Raden Fatah Palembang, Dolla Sobari, M.Ag , Wakil Dekan III Fahum UIN Raden Fatah Palembang, Fitria, M.Hum , Dr. Mulyadi, M.Hum selaku Kaprodi Magister SPI, Fahum UIN Raden Fatah Palembang dan dosen SPI Yanto, M.Hum, M.IP .
Juga hadir diantaranya R.M.Rasyid Tohir, Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir, Dato’ Pangeran Suryo Febri Irwansyah, Dato' Pangeran Suryo Kemas Ari Panji, Pangeran Citro Dr H Kms Herman SH MH, sejarawan dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Dedi Irwanto MA, youtuber Palembang Mang Dayat dan Genta, seniman Palembang Iman Kasta serta Leni.
Tradisi dan Kemitraan: Akademisi & Sultan Bersatu
Silaturahmi itu bukan sekadar formalitas, namun wujud konkret penguatan kemitraan antara dunia pendidikan dan warisan budaya lokal. Prof. Dr. Endang Rochmiatun, Dekan Fahum UIN Raden Fatah, menegaskan bahwa Istana Adat bukan hanya simbol budaya, tapi juga laboratorium lapangan bagi mahasiswa, khususnya dalam riset sejarah dan praktik budaya .
Sultan Mahmud Badaruddin IV (SMB IV) menyambut hangat, dengan membuka istana—menghindarkan jarak antara akademisi, mahasiswa, dan tokoh masyarakat Palembang.
Manuskrip & Memori yang Hilang: Sebuah Seruan
Salah satu momen yang paling menyentuh adalah ungkapan harapan Sultan untuk mengembalikan dan membuka akses manuskrip-ke-manuskrip bersejarah yang kini tersebar di Inggris dan museum-museum lain. Ia mengingatkan bahwa banyak arsip penting lenyap saat Inggris menghancurkan Kesultanan pada 1811, karena kekayaan sumber daya seperti timah di Bangka—Belitung menjadi rebutan penjajah . Sultan memandang manuskrip sebagai milik publik, bukan kramat, dan perlu dipublikasikan agar berguna bagi banyak orang.
Penyerahan Botol Sejarah: Cenderamata Istana
Sultan SMB IV dan Dato' Pangeran Suryo Kemas Ari Panji menghadiahkan dua naskah penting sebagai simbol pertemuan budaya-akademi:
Buku “Kisah Perjalanan Keturunan Sultan Palembang” (catatan Raden Haji Abdul Habib)
“Naskah Kiyai Geding Karang Tengah” (alih aksara)
Tak ketinggalan pula, cap stempel Kesultanan dari era SMB II dan mushaf Alquran tinta emas dari era Turki Utsmani dipamerkan dalam suasana khidmat.
Ngidang: Lebih dari Sekadar Santap Malam
Acara ditutup dengan tradisi Ngidang—makan bersama di atas lemparan daun pisang. Lebih dari sekadar kuliner, Ngidang adalah ritual kekeluargaan istana yang menyatukan seluruh peserta dalam tawa, rasa, dan rasa penghormatan terhadap budaya asli Palembang.