Ketika Jemari Menari, Tradisi Bernyanyi: Tanggai Sanggar Nago Besaung Membius Parade Bunyi’an 2025

photo author
DNU
- Sabtu, 26 Juli 2025 | 13:51 WIB
Ketika Jemari Menari, Tradisi Bernyanyi: Tanggai Sanggar Nago Besaung Membius Parade Bunyi’an 2025 (dok)
Ketika Jemari Menari, Tradisi Bernyanyi: Tanggai Sanggar Nago Besaung Membius Parade Bunyi’an 2025 (dok)

Bukan hanya tepuk tangan untuk keindahan, tapi untuk warisan yang tetap hidup di tubuh anak-anak muda Palembang.

Parade Bunyian: Dari Tradisi ke Frekuensi Baru

Tari Tanggai adalah satu dari 16 penampilan yang membuka Parade Bunyi’an 2025, sebuah festival seni yang bukan hanya menampilkan karya, tapi juga menyulam kembali hubungan generasi muda dengan akar budayanya.

Digagas oleh Komunitas Kawan Lamo bersama Dewan Kesenian Palembang, Parade Bunyi’an tahun ini menghadirkan pertunjukan dari berbagai cabang seni: musik, tari, instalasi suara, dan pertunjukan lisan, yang dikurasi untuk membentuk satu narasi kolektif tentang siapa kita dan ke mana kita ingin melangkah sebagai masyarakat seni.

sekapur sirih dalam tarian persembahan diterima Ketua DKP Muhamad Nasir
sekapur sirih dalam tarian persembahan diterima Ketua DKP Muhamad Nasir (dok)

“Kami ingin menciptakan ruang lintas bunyi—antara modern dan tradisional, antara kenangan dan imajinasi,” tutur M. Fitriansyah, Ketua Komunitas Kawan Lamo. “Dan Tanggai adalah simbol bahwa tradisi tak pernah mati. Ia hanya menunggu generasi baru untuk menghidupkannya kembali.”

Seni yang Menyentuh Urat Nadi Kota

Parade ini bukan hanya tentang panggung. Ia adalah napas kota. Ia menyelinap ke lorong-lorong ingatan dan membawa kembali suara nenek, dongeng kakek, dan harapan ibu—dibungkus dalam bunyi, gerak, dan cahaya. Dan di tengah semuanya, Tari Tanggai berdiri sebagai pusat gravitasi: tenang, elegan, dan penuh wibawa.

tarian tanggai dari Sanggar Naga Besaung melengkapi Parade Bunyian
tarian tanggai dari Sanggar Naga Besaung melengkapi Parade Bunyian (dok)

Masih Ada Hari Esok

Parade Bunyi’an 2025 masih akan berlangsung hingga Sabtu, 26 Juli 2025. Bagi warga Palembang dan sekitarnya, inilah kesempatan untuk datang, mendengar, dan merasa. Karena kadang, dalam dunia yang terlalu bising ini, kita butuh satu tarian sunyi—seperti Tanggai—untuk benar-benar mengingat siapa kita.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: DNU

Tags

Rekomendasi

Terkini

X