Ketika Wong Kito Berbagi Seni di Bumi Mataram: Palembang dan Yogyakarta Bertaut Lewat Seni dan Agama

photo author
- Senin, 11 Agustus 2025 | 14:49 WIB
Mimbar dari Raja Palembang masih terawat di Masjid Gede Yogyakarta. Inilah sejarah yang merekatkan Jawa (Yogya) dan Palembang (dok)
Mimbar dari Raja Palembang masih terawat di Masjid Gede Yogyakarta. Inilah sejarah yang merekatkan Jawa (Yogya) dan Palembang (dok)

 

 

KetikPos.com— Harmoni budaya Palembang dan Yogyakarta kembali berpadu dalam ajang Masterclass Kampung Menari yang menjadi bagian dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2025.

Ratusan penari dari berbagai daerah, termasuk dari Palembang, memadati empat Kawasan Cagar Budaya (KCB) di Yogyakarta pada Jumat (8/8/2025).

Kegiatan tersebar di KCB Kraton, KCB Pakualaman, KCB Kotabaru, dan KCB Kotagede, menghadirkan interaksi seni lintas daerah.

 

Duta seni yang tampil di Master class JKPI 2025
Duta seni yang tampil di Master class JKPI 2025 (dok)

Pertukaran seni tari di KCB berlangsung semarak: tujuh titik di Kotagede, lima titik di Kotabaru, lima titik di Kraton, dan lima titik di Pakualaman.

Setiap titik menjadi ruang dialog budaya—di mana gerak, musik, dan cerita mengalir tanpa sekat daerah.

“Masterclass JKPI 2025 di Yogyakarta ini kami manfaatkan untuk mempromosikan budaya Palembang sekaligus mempererat ikatan sejarah dengan tanah Mataram,” ujar Sekretaris Disbud Palembang, Septa Marus, didampingi Kabid SDM Pelestarian Nilai Budaya, Kms Abdullah Fadli

Salah satu sesi yang mencuri perhatian berlangsung di Indraloka Heritage Homestay, Terban, Gondokusuman, di mana suasana kampung heritage berpadu dengan alunan musik dan gerak tari Palembang.

 

Duta seni yang tampil di master class JKPI 2025 di Yogya
Duta seni yang tampil di master class JKPI 2025 di Yogya (dok)

Dari Palembang, tampil narasumber budaya Vebri Al Lintani yang mengupas keterhubungan sejarah Mataram dan Kesultanan Palembang—dua wilayah yang dalam lintasan waktu saling berjejaring lewat perdagangan, pernikahan bangsawan, hingga pertukaran seni.

Di masa Mataram Islam, ada mimbar yang hingga kini masih dipergunakan di Mesjid Gede Yogya. Mimbar itu, infonya berasal dari Palembang. Kayu dan ukirannya, khas Palembang. Saat itu, di Palembang, masa Raja Si Doing Kenayan. Sementara, di Mataram, di era Sultan Agung.

Ini artinya, lanjut, Vebri yang juga budayawan Palembang, kaitan erat antara Jawa, khususnya Yogya dengan Palembang sangat lah kuat. Terjalin, bukan saja lewat perkawinan, seni, kekuasaan, melainkan juga lewat keyakinan.  

Isnayanti mengajarkan tarian tradisi khas Palembang, tari tanggai.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Admin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X