Dr. Kms Ari Panji, budayawan Palembang, menegaskan bahwa songket bukan sekadar produk, melainkan narasi peradaban.
“Setiap motif punya filosofi. Ini bukan kain biasa, ini dokumen budaya yang kita kenakan,” jelasnya.
Gerakan Menghidupkan Nilai
Ketua Forwida, Dr. Diah K. Pratiwi, menekankan bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar wisata.
“Kami ingin generasi muda menyadari, sungai bukan hanya bentang geografis, tapi jiwa Palembang. Melalui wisata ini, kita menghidupkan nilai budaya yang hampir hilang,” ujarnya.
Bagi peserta, perjalanan ini terasa seperti ritual mengingat. Setiap riak Musi, setiap helai songket, hingga setiap makam yang diziarahi, menyatukan masa lalu dengan masa kini. Palembang pun berbisik lewat arusnya: warisan bukan untuk disimpan, melainkan untuk dihidupkan kembali.